OPINI
Corona dan Wacana Baru Bagi Lingkungan
Catatan dalam rangka Hari Lingkungan Hidup 5 Juni 2020. Ditulis peneliti Karst dan Ketua Physical Society of Indonesia Cabang Makassar
Kejadian ini menghasilkan masalah baru yang menyadarkan para pemimpin kita, bahwa Indonesia tanah tumpah darahku, pembangunannya belum merata.
Proses pembelajaran harus terus berlangsung walaupun kondisinya berubah dengan cepat.
Kalau menemukan masalah, silakan cari di Google kemudian kirim hasilnya dalam bentuk e-mail dan sejenisnya.
Sepintas, sangat menguntungkan dan memberi keluasan untuk berkreasi, namun sejatinya interaksi sosial bersama dengan teman/tim kerja secara fisik dibatasi.
• Begini Penjelasan Direktur RS Labuang Baji Soal Coolbox yang Dibawa Kabur Warga
Kehidupan semakin individu dan problem solver harus ada di tangan sendiri dan kemampuan beradaptasi terhadap teknologi mutlak diperlukan.
Orangtua 'gagap' mendampuingi anak-anaknya dalam belajar, sehingga semakin sadar bahwa proses pembelajaran di mana komponen guru tidak dapat tergantikan sepenuhnya oleh teknologi.
Warga Makassar yang pada siang hari melebihi 2 juta orang berkurang mobilitasnya sampai 70% langsung beraktivitas di rumah.
Perilaku yang berubah tentu sangat berpengaruh pada roda ekonomi dan ujung-ujungnya diperlukan intervensi dari pemerintah untuk menggerakkannya.
Setelah beberapa daerah (propinsi/kabupaten kota) menunjukkan kurva pandemi yang menurun, maka wacana new normal mulai didengungkan.
Beberapa daerah tidak memperpanjang PSBB-nya walaupun kasus warga terpapar pandemi terus bertambah dengan beberapa pertimbangan.
Malahan di Makassar membuka pertokoan menjelang lebaran dengan alasan bahwa warga butuh baju baru (???).
Sangat ironis, walaupun pada akhirnya ditutup kembali karena tidak mendapat persetujuan dari pemerintah pusat.
Kehidupan new normal apakah identik dengan kehidupan normal sebelum pandemi? Jawabanya masih tergantung waktu.
Tindakan apapun yang diambil oleh pemerintah pasti sudah mendapat kajian mendalam, saatnya warga menyerahkan semuanya.
• Dipulangkan dari Malaysia, 48 TKI Bone Dijemput Tim Satgas di Pelabuhan Pare-Pare
Bukankah ‘mereka’ digaji dan diberikan fasilitas agar memikirkan keselamatan warganya, baik keselamatan dari aspek kesehatan, ekonomi dan aspek lainnya.