Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

Ziarah Virtual di Masa Pandemi Covid-19

Bagi orang-orang beragama, ‘ziarah’ merupakan satu praktik yang sangat krusial, karena terkait dengan makna moralitas si penganut.

Editor: Jumadi Mappanganro
handover
Ana Mardiani (Pengurus KNPI Sulawesi Selatan) 

Oleh: Ana Mardiani
Pengurus DPD KNPI Sulawesi Selatan

Tahun 2020, dunia harus mengalami pergeseran tradisi.

Kaki yang biasa melangkah untuk mengunjungi keluarga saat hari raya Idul Fitri, khususnya ke rumah ayah ibu dan keluarga besar, kini tiba-tiba harus terhenti.

Rumah orangtua yang biasa jadi pusat serbuan anak dan cucu dari kampung-kota seberang, kini tak bisa ramai didapati.

Kunjungan dalam lingkup yang lebih luas, tak lagi semarak seperti tahun-tahun sebelumnya. Pun saling ‘menziarahi’ hanya dalam lingkup kecil, yang jangkauan jaraknya dekat.

Secara harfiah kata ‘ziarah’ berarti kunjungan. Kata ini diserap dari bahasa Arab, ziyarah.

Baik kunjungan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal.

Secara teknis, kata ini menunjuk pada serangkaian aktivitas saling mengunjungi satu sama lain.

Skenario New Normal untuk Ruang Publik Informal

Bagi orang-orang beragama, ‘ziarah’ merupakan satu praktik yang sangat krusial, karena terkait dengan makna moralitas si penganut.

Kadang-kadang ziarah dilakukan pada suatu tempat yang suci dan dianggap penting bagi yang mengimaninya.

Sedang peziarah adalah orang yang datang atau melakukan aktivitas ziarah.

Misalnya, peziarah di Mekkah, yang memiliki tujuan untuk mengingat, dan meneguhkan kembali iman dengan cara menyucikan diri atau berkunjung ke tempat-tempat ibadah atau makam-makam suci yang ada di sana.

Sama dengan Kerajaan Israel dan Yehuda, kunjungan ke tempat-tempat pemujaan kuno tertentu, pernah dilarang pada sekitar abad ke-7 SM.

Ketika itu ibadah hanya dibatasi kepada Yahweh sebagai rumah suci satu-satunya yang bisa didatangi di Yerusalem.

Kata ‘ziarah’ sebagaimana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti kunjungan yang lebih khusus kepada orang yang sudah meninggal yakni suatu kunjungan ke tempat-tempat yang dianggap keramat atau mulia.

Seperti ke kuil, rumah suci, makam para Nabi, wali, dan lain-lain untuk berkirim doa.

Ziarah oleh orang Makassar disebutnya ‘siarah’ dan orang berziarah disebut ‘as-siarah’ yang sebetulnya memiliki substansi sama dengan makna ziarah pada umumnya.

Yang berbeda hanya pada segi pengucapan saja. Orang Makassar menganggap as-siarah juga berarti satu aktivitas kunjungan atau saling mengunjungi satu sama lain.

Tradisi "As-siarah" ini merupakan suatu tradisi yang turun temurun. Yang biasa dilakukan sebelum Ramadhan, sementara Ramadhan maupun pasca lebaran.

Lonceng Covid-19

"As-siarah" memiliki dua macam bentuk, yakni mengunjungi dalam arti yang fisikal dan mengunjungi dalam bentuk yang non fisikal.

Yang arti fisik adalah saling mengunjungi satu sama lain secara langsung tanpa melalui perantara, sedangkan nonfisik adalah yang bermakna filosofis yakni saling mengunjungi secara batiniyah dari yang sesama hidup, maupun dari yang hidup ke yang telah meninggal.

Lalu, bagaimana dunia bisa berziarah di musim Covid-19? Cara seperti apa menempuh ziarah?

Covid-19 adalah satu virus yang masih hidup dan berkembang di tengah masyarakat dunia hingga sekarang, agar tidak semakin tersebar luas, maka perlu dicermati secara serius.

Sebab Covid-19 bukan sekedar berita hoax. Virus ini bisa mengganggu kestabilan manusia secara individu maupun secara sosial.

Covid dapat membahayakan kesehatan fisik maupun psikis, yang bisa berujung pada kematian.

Maka Covid-19, tidak bisa dipandang sebelah mata.

Di beberapa rumah sakit pusat penanganan Covid di Indonesia, para dokter, perawat maupun tim medis telah mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan penderita Covid, bahkan tidak jarang nyawanya jadi taruhan.

Mereka bahkan tidak bisa merayakan lebaran sama sekali, walau kumpul bersama keluarganyapun diidamkannya.

Di beberapa negara belahan lainnya juga mengalami nasib serupa, manusia sangat terbatasi ruang geraknya akibat Covid-19 dan susah saling mengunjungi dengan keluarganya dalam skala besar.

Dongkeyman Covid-19 dan Protokol New Normal Life

Di Somalia misalnya, sekitar 2,6 juta masyarakat tidak tahu cara merayakan Idul Fitri seperti apa, akibat inflasi negaranya membuat mereka terluntah-luntah dalam kemiskinan yang parah.

Untuk berbagi makanan saat berbuka puasa, mereka harus patungan satu sama lain agar bisa membeli makanan untuk bisa berpuasa bersama selama Ramadhan.

Di Suriah, rakyatnya setiap hari mengalami ketakutan akibat ledakan bom. Ditambah bahaya Covid yang sewaktu-waktu menyerang, sehingga membuatnya rela terpisah-pisah dan mengungsi sana-sini.

Di Bangladesh, muslim Rohingya hanya mengharapkan bantuan (donasi) untuk bisa terus berpuasa di musim Covid.

Penderitaan ini, dipastikan seluruh dunia mengalaminya, namun dengan model derita yang berbeda-beda.

Adanya saling peduli merupakan wujud cinta kepada keluarga, kerabat, teman-teman, bahkan untuk masyarakat di seluruh dunia.

Tetapi apa yang kita saksikan di Indonesia dalam beberapa hari ini, khususnya di Makassar?

Mal tempat belanja sudah dibuka. Seiring berakhirnya PSBB.

Pertanyaannya, apakah Covid sudah aman di Kota Makassar? Bukankah kurva Covid belum betul-betul landai? Mengapa justru PSBB dihentikan?

Apakah jawabannya karena sebelum lebaran, di mana tradisi masyarakat senang berbelanja pakaian dan segala macam makanan persiapan santap lebaran.

Sehingga dihentikannya dapat menjadi pendapatan tempat perbelanjaan. Lalu, Apakah Covid-19 adalah permainan?

Covid-19 di Persimpangan, Bagaimana Menyikapinya

Covid ini bukan permainan, taruhan dari semua ini adalah nyawa. Dengan dilonggarkannya PSBB, akan membuka akses besar bagi masyarakat untuk berkerumun, melakukan aktivitas di luar rumah, pergi berbelanja dari tempat satu kemudian pindah ke tempat lain.

Ini juga berarti boleh mudik bagi para perantau jelang lebaran, jika memang tidak boleh, mengapa bandara-bandara sudah bisa beroperasi?

Belum lagi, lebaran di kampung bisa dilakukan serentak di lapangan atau di mesjid dengan syarat harus menggunakan masker, ini lebih lucu lagi. Apakah Ini tidak lebih berbahaya?

Tentu, cara seperti ini sangat berbahaya bagi masyarakat Indonesia. Seharusnya masyarakat melakukan lebaran di rumah saja, tidak usah dilakukan serentak di luar rumah, apatahlagi di tempat yang sama.

Laksanakan lebaran di rumah masing-masing saja, barulah masyarakat melakukan 'ziarah' setelahnya.

Cara yang lebih aman dan efektif dilakukan di masa pandemi ini adalah ziarah non fisik, salah satunya ialah ziarah yang dilakukan di media sosial.

Sebab ziarah fisik tak memungkinkan untuk kita lakukan saat ini, akibat pandemi. Sedang harapan untuk hidup lebih lama juga masih sangat besar, maka sebagai solusinya, ziarah secara virtual dapat menjadi pilihan terbaik bagi kita.

Minimal saling menghibur dan memberi semangat satu sama lain, bahkan kita bisa saling mengetahui kondisi masing-masing lewat komunikasi digital (virtual ONLINE), meski tak seindah dekapan kasih sayang secara fisik. Tapi setidaknya ziarah lewat digital masih bisa tetap tersambung.

Demikian pula permohonan maaf dan ucapan hari raya Idul Fitri, bisa pula dilakukan secara virtual.

Tanpa harus melanggar imbauan pemerintah yang melarang masyarakat untuk mudik. Kebersamaan, saling membantu dan saling menziarahi tidak akan betul-betul terputus secara totalitas, hanya karena Covid-19 melanda.

Akan selalu ada jalan sepanjang kita mau mencari dan berupaya maksimal. Mari mendukung gerakan saling menziarahi lewat dunia virtual, demi memutus mata rantai Covid-19.

Sayangi keluarga dengan tidak mudik, khususnya bagi para perantau. Untuk seluruh masyarakat Indonesia maupun dunia, mari manfaatkan wahaya dunia maya secara serentak.

Kita bisa menjalin silaturrahim, saling mengunjungi satu sama lain lewat dunia maya kok, virtual ziarah bisa dan efektif di masa pandemi.

Selamat hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin, semoga kita bisa fitrah kembali dengan kemaafan. (*)

Makassar, 25 Mei 2020

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved