Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI PAKAR

Remote Control Covid-19 Kini di Tangan Masyarakat, Ini Risikonya

Sejatinya kendali Covid-19 berada di tangan pemerintah. Bukan di masyarakat. Apalagi situasinnya idak pasti dan besarnya risiko yang dapat ditimbulkan

Editor: Jumadi Mappanganro
Dokumen Sukri Palutturi
Prof. Sukri Palutturi, SKM, M.Kes., MSc.PH, PhD (Guru Besar FKM Universitas Hasanuddin dan Ketua PERSAKMI Wilayah IV: Sulawesi, Maluku, Papua dan Kalimantan) 

Bukan hanya soal jumlah yaitu banyaknya masyarakat yang terlibat dalam mengendalikan Covid-19 ini, tetapi mereka juga memiliki persepsi tentang risiko sakit yang berbeda.

Di antara mereka tentu juga banyak yang tetap menerapkan prinsip dan protokol Covid-19, tetapi tidak sedikit pula di antara mereka yang lalai dan mengabaikan prinsip-prinisp tersebut.

Kita dapat saksikan pemandangan di jalan raya dan berbagai kumpulan masyarakat, masih cukup banyak diantara mereka yang ignore terhadap protokol Covid-19.

Ini adalah penyakit menular yang dapat ditularkan dari, oleh dan untuk masyarakat.

Semakin tinggi tingkat mobilitas dan pengabaian prinsip atau protokol Covid-19, semakin tinggi pula risiko penularan.

Penularan ini tidak hanya sebatas soal penularan, tetapi ini memiliki konsekuensi besar terhadap penggunaan tempat tidur di rumah sakit yang semakin terbatas.

Juga berisiko pada tenaga dokter dan perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

Juga semakin meningkatnya penggunaan APD yang juga biayanya tidak sedikit. Demikian pula risiko kematian yang dapat ditimbulkannya.

Ketiga, hilangnya fungsi pemerintah. Masyarakat awam akan bertanya kalau remote control Covid-19 ini diserahkan kepada masyarakat, lalu apa fungsi pemerintah sebagai pengatur, pengayom dan pelindung bagi masyarakat?

Pada kelompok masyarakat yang memiliki kepentingan ekonomi dan bisnis yang cukup tinggi, mereka menangkap ini sebagai peluang.

Tidak ada urusan dengan Covid-19. Covid-19 itu soal kedua, yang penting bisnis tetap berjalan.

Jika ini yang terjadi, maka kendali Covid-19 benar-benar di serahkan kepada mekanisme pasar. Pasarlah yang menentukan kendali ini.

Keempat, semakin sulit diprediksi kapan berakhirnya Covid-19 ini.

Sampai saat ini, pola stabil penularan Covid-19 di Indonesia belum ditemukan, masih seperti benang kusut, yang semakin rumit ditarik ujung pangkalnya.

Sekarang pola penularan semakin tidak mudah diidentifikasi. Dulu ada istilah cluster, umrah, cluster pesantren, dan cluster-cluster yang lain.

Dulu ada isitilah transmisi internasional (dari luar negeri), transmisi lokal. Pola cluster dan transmisi ini semakin sulit dikendalikan.

Jika ini yang terjadi, maka tentu semakin sulit pula kita temukan landai penularan dari Covid-19 ini.

Pointnya adalah PSBB atau kebijakan apapun namanya yang mendorong dan mengikat untuk menjalankan prinisp-prinsip protokol Covid-19 tetap harus berjalan.

Tetap stay at home, gunakan masker dengan benar, jaga jarak fisik dan sosial, dan sering mencuci tangan dengan air mengalir dengan sabun dan hand sanitizer.

Perilaku itulah yang tetap secara konsisten harus dijalankan untuk menemukan landai penularan Covid-19.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441H!!!.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved