OPINI PAKAR
Covid-19 di Persimpangan, Bagaimana Menyikapinya
Masyarakat janganlah dibiarkan ‘menjerumuskan’ diri dalam kondisi dan situasi herd-imunity, sungguh keadaan sangat berbahaya untuk masyarakat kita.
Selanjutnya di-tracing untuk ‘mengejar’ populasi mana lagi yang patut dicurigai sebagai resoursis kasus.
2. Edukasi kepada masyarakat tiada henti. Semua potensi digunakan untuk mengedukasi masyarakat.
Tentu dibutuhkan inovasi tentang bagaimana cara supaya pengetahuan dan attitude masyarakat dapat semakin meningkat terkait Covid-19.
Pemahaman mengenai virus dan cara pencegahannya.
Langkah kendali covid19 selama ini sudah cukup bagus, cuci tangan sebelum dan sesudah beraktiftas, hindari kerumunan orang dan memakai masker jika bepergian.
Tapi mengapa peningkatan kasus-baru masih terus berlanjut?
Sekedar catatan bahwa melihat kurva yang masih ‘turun-naik’ itu terindikasi bahwa kurva landai dan menurun masih butuh banyak waktu.
Artinya dengan kondisi seperti ini memberikan informasi bahwa masih cukup banyak penderita yang silent di tengah masyarakat.
Sebetulnya untuk kondisi wabah seperti covid19 ini, yang menghawatirkan kita semua adalah fenomena ‘ice berg phenomen’ gunung es.
Hanya puncaknya saja kasus (covid19) terdeteksi di permukaan, tapi perut dan dasarnya belum tersentuh. Semoga tidak demikian!!
3. Sebagaimana dalam teori penanganan wabah (apalagi pandemi), maka masyarakat harus terus-menerus diingatkan akan pentingnya pencegahan dan penanganan covid19 secara terpadu dan komprehensif.
Dibutuhkan kesadaran penuh oleh masyarakat termasuk pemangku kepentingan.
Wabah Covid-19 ini butuh waktu yang lama kalau kita semua tidak ‘kompak’.
Ibarat kita semua ada dalam satu kapal, kalau covid-19 ibarat ombak dan gelombang yang dahsyat, maka sangat dibutuhkan semua penumpang kapal ‘bersatu-padu’ untuk melewati ‘ujian’ ombak maha dahsyat tersebut.
Insya Allah manusia-manusia kuat dan unggul akan lahir dari cobaan yang luar biasa.