Menyempurnakan Takdir Cinta

Oleh: Firdaus Muhammad
Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin dan Ketua Komisi Dakwah MUI Sulsel

Salah satu kebutuhan setiap orang adalah keinginannya untuk dihargai. Penghargaan pada pasangan dilahirkan dari rahim cinta.

Cinta itu fitrah. Pemberian terindah dari Allah Swt yang menumbuhkan rasa damai dan ketenangan batin.

Keluarga yang dibangun dalam fondasi cinta melahirkan kehidupan yang damai, menyatu, tenang. Sakinah.

Tidak ada orang menikah kecuali dengan jodohnya, itulah takdir cinta yang dijalaninya hadiah sang khalik dengan menemukan 'tulang rusuknya' yang hilang.

Ada yang menerima takdir itu dengan jalan dijodohkan, ada pula yang disertai ikhtiarnya, berjuang menemukan tambatan pujaan hatinya. Seluruhnya adalah takdir.

• Berdamai bukan Bersantai dengan Covid-19

Tugas setiap pasangan, meniti jalan jodohnya dengan membina keluarga sakinah dibawah naungan kasih sayang ridha Allah, sang maha pemilik cinta.

Cinta itu bertambah dan berkurang, datang dan pergi seirama hati, sifat hati bolak balik, menyinta dan membenci silih berganti.

Pada titik inilah pasangan merawat dan menyempurnakan takdir cintanya demi keutuhan rumah tangganya.

M. Quraish Shihab menyebut cinta pada fase-fase awal dapat layu dan mati. Cinta menuntut kesetiaan dan komitmen.

Namun kadang muncul keengganan untuk memenuhinya. Cinta itu abadi, tapi tidak abadi pada setiap hati, rasa itu silih berganti dengan benci.

Cinta kedua pasangan bisa berbuah benci ketika pengharapannya tidak terpenuhi.

Cinta menuntut pengenalan, perhatian dan penghormatan serta tanggung jawab. Cinta tuntut setia, kesetiaan menuntut ditepati janji demi janji.

Janji menjaga nama baik kekasihnya dan menjauhkannya dalam segala keburukan.

• Covid-19 dan Interupsi Alam Terhadap Kebijakan Ketahanan Pangan Indonesia

Menyempurnakan cinta adalah menutupi kekurangan pasangan, memaafkan kesalahannya dan pastinya berkorban sepenuh hati demi membahagiakannya.