OPINI
Covid-19 dan Tesis Masyarakat Risiko
Ditulis Adi Suryadi Culla, Dosen FISIP Unhas dan Ketua Dewan Pendidikan Sulawesi Selatan.
Kenapa karakter resposibilitas itu hanya berkembang dalam sistem demokrasi? Karena hanya dalam demokrasi, masyarakat memeroleh ruang dalam membangun refleksi sosial.
Itulah sebab konteks masyarakat risiko, sebagai masyarakat yang sadar atas risiko yang dihadapi atas dirinya dan sekitarnya, dan bertanggung jawab, juga dikarakterisasikan sebagai suatu masyarakat reflektif (reflective society).
Dampak Covid-19
Di tengah hantaman pandemik Covid-19 yang mengguncang dunia saat ini, dan upaya keras masyarakat dunia termasuk Indonesia untuk mengatasi wabah tersebut.
Kita semua seolah dipaksa, untuk sadar dan waspada akan produk pencapaian kemajuan masyarakat modern.
Seolah membenarkan tesis masyarakat risiko yang dihadapi masyarakat modern: betapa manusia tampak tidak siap, malahan tak berdaya, menghadapi resiko hidup dan kematian yang mengancam akibat wabah Covid-19 itu.
• 38 Tenaga Medis Lutim Positif Corona
Korban sudah sedemikian banyak berguguran, tanpa kenal status sosial, ekonomi, jabatan, kedudukan, dan tingkat pendidikan.
Inilah serangan musuh paling ganas yang pernah dihadapi umat manusia di dunia, meskipun dalam sejarah pernah muncul berbagai wabah ganas namun tak kurang lebih ganasnya wabah visus satu ini -- yang oleh WHO diberikan sebutan “aneh” : Covid 19 – singkatan dari Corona Virus Desease 2019.
Dampak serangannya sedemikian dahsyatnya, menimbulkan krisis sosial akut dan kompleks. Berdampak multiplier (multiflier effect) yang luas: ekonomi, politik, kesehatan, pendidikan, pemerintahan, dan seterusnya.
Bagaikan serangan asing, tiba-tiba menghantam, siapapun tak pernah menduga. Tak pernah ada proyeksi akan terjadi kekacauan global dalam berbagai aspek, akibat wabah virus mematikan itu.
Lebih dari sejarah virus dan wabah pandemik pun epidemik yang pernah dialami umat manusia sebelumnya, virus kali ini sedemikian dahsyatnya menyerang dan menyebar sedemikian cepatnya.
Dalam waktu hitungan minggu dan bulan, hampir sebagian besar negara mengalami dampaknya.
Prediksi ke depan diwarnai ketidakpastian. Kapan ancaman pandemic ganas itu akan berakhir. Tak satu pun dapat memastikan.
Sampai kapan pun virus itu tetap membayangi, karena terlanjur lahir. Risiko kematian menjerat, sepanjang vaksin Covid-19 belum ditemukan. Kapan vaksi mampu ditemukan, juga tak pasti.
• Pj Wali Kota Makassar: PSBB Tak Diperpanjang Diganti Perwali Baru
Setiap negara pun menempuh cara masing-masing, menghadapi riskio Covid 19. Indonesia memilih untuk tidak ekstrim, melalui kebijakan karantina masyarakat secara terbatas.
Istilah yang dipakai: PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Bukan lockdown yg sifatnya karantina total sebagaimana dilakukan sejumlah negara lain – mengunci seluruh wilayah “luar-dalam” – dengan risiko beban ekonomi berat.