Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

Berdamai bukan Bersantai dengan Covid-19

Dh Farid W. Husain, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Pernah bekerja sebagai Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Kemenkes RI

Editor: Jumadi Mappanganro
TRIBUN TIMUR/EDI SUMARDI
Farid W Husain (kanan) dan Syamsu Rizal MI 

Belum adanya komunikasi yang memadai dalam menjelaskan perubahan tersebut mendatangkan interpretasi yang berbeda-beda.

Sebagian menginterpretasikan hal itu sebagai upaya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Covid-19 dan Interupsi Alam Terhadap Kebijakan Ketahanan Pangan Indonesia

Karena itu banyak dari anggota masyarakat memandangnya sebagai sinyal untuk dapat lebih santai.

Pergeseran kebijakan ini tidak dapat dilepaskan dari adanya tekanan ekonomi yang juga harus ditangani.

Dalam skenario berat perekonomian diperkirakan hanya bisa tumbuh 0,4 persen. Jumlah pengangguran diperkirakan bisa bertambah 5,23 juta dalam skenario yang lebih berat.

Pandemi Covid-19 dengan demikian memasuki dimensi krisis ekonomi daripada sekadar dimensi krisis kesehatan publik. Keseimbangan kepentingan kesehatan dan kepentingan ekonomi harus dikelola dengan cermat.

Damai Tidak Santai

Studi terbaru (30 April 2020) dari Center for Infectious Disease Research and Policy (CIDRAP) University of Minnesota tampaknya dapat menjadi rujukan otoritas maupun publik.

Menurut studi yang berjudul The Future of the Covid-19 Pandemic: Lessons from Pandemic Influenza itu, wabah COVID-19 masih memerlukan waktu yang cukup panjang untuk ditangani dan bahkan belum ada tanda bahwa ia akan dapat sepenuhnya lenyap.

Tribuners Peduli Tim Medis dan Warga Terdampak Covid-19

Studi itu mengatakan diperlukan waktu 18 hingga 24 bulan untuk tetap siaga menyiapkan langkah-langkah mitigasi darurat karena dalam rentang waktu itu, masih ada kemungkinan merebaknya secara tiba-tiba wabah ini.

Ada tiga skenario yang disuguhkan dalam menggambarkan pola berjangkitnya wabah itu di masa depan.

Skenario pertama, gelombang pertama Covid-19 terjadi pada musim semi 2020 diikuti oleh serangkaian gelombang kecil yang berulang yang terjadi selama musim panas dan kemudian secara konsisten selama periode satu hingga dua tahun ke depan.

Wabah ini, menurut studi itu, secara bertahap baru berkurang sekitar tahun 2021.

Terjadinya gelombang ini dapat bervariasi secara geografis dan tergantung pada langkah-langkah mitigasi yang sudah ada dan bagaimana kebijakan tersebut dilonggarkan.

Artinya, skenario ini membutuhkan pemulihan dan relaksasi secara berkala dengan antisipasi tindakan mitigasi dalam satu hingga dua tahun berikutnya.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved