Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Luwu

Pemuda Pancasila Luwu Realisasikan Program Pendampingan Kelompok Tani Pemuda

MPC Pemuda Pancasila (PP) Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, mulai merealisasikan program pendampingan Kelompok Tani Pemuda (KTP).

Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Suryana Anas
Ist
Ketua MPC Pemuda Pancasila Luwu, Muhammad Ahkam Basmin (tengah) bersama petani sawah di Desa Pamesakang, Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Minggu (1052020). 

TRIBUNLUWU.COM, BUA - Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila (PP) Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, mulai merealisasikan program pendampingan Kelompok Tani Pemuda (KTP).

Ketua MPC PP Luwu, Muhammad Ahkam Basmin mengatakan, pendampingan KTP adalah salah satu program yang disepakati pada musyawarah.

Ahkam bersama pengurus meninjau lahan persawahan yang dikelola Kelompok Tani Kulara di Desa Pamesakang, Kecamatan Bua, Minggu (10/5/2020).

Putra Bupati Luwu Basmin Mattayang ini menyebut, lahan sawah di Pamesakang sengaja dipilih sebagai lokasi pendampingan setelah melalui berbagai pertimbangan.

Salah satunya kemampuan petani bertahan di tengah banyaknya kendala, seperti sulitnya mendapatkan air.

Maklum saja, petani di sana hanya menggandalkan tadah hujan untuk mengairi sawah mereka.

"Kami lama berdiskusi dengan para petaninya. Mereka bercerita bagaimana sulitnya mendapatkan air untuk mengairi sawah. Belum lagi ancaman hama dan kekurangan pupuk. Namun, mereka tetap bertahan dan mengerahkan segala potensi yang ada," ujar Ahkam.

Ahkam berharap, ke depan Kelompok Tani Kulara bisa bersinergi dengan PP dalam mewujudkan program KTP.

"Dan program KTP ini kita harapkan dapat berjalan maksimal dan tepat sasaran," tuturnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Kulara, Hidayat meminta PP membantu mereka mengatasi kesulitan air.

Selama ini kata dia, petani hanya mengandalkan tadah hujan atau memompa air.

"Tidak ada irigasi, kami tadah hujan. Atau memompa air dari sungai, biayanya dikumpul dari semua petani untuk beli bahan bakar dan menyewa mesin," ungkap Hidayat.

Dulunya, lanjut dia, sawah yang dikelola adalah hutan.

Butuh dua tahun menyulapnya menjadi sawah produktif.

"Waktu itu memang cukup sulit, termasuk mendapatkan bantuan dari pemerintah. Walaupun sudah mencoba bermohon, tapi selalu gagal," katanya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved