Opini Aswar Hasan
Problema Belajar Daring Akibat PSBB, Tantangan di Hardiknas
Ditulis Aswar Hasan, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin. Merespon dialog virtual Forum Dosen dalam rangka Hardiknas
Oleh: Aswar Hasan
Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin
Hari Pendidikan Nasional kali berbeda dari tahun sebelumnya.
Selain karena kebijakan PSBB yang menyebabkan semua siswa dan mahasiswa belajar di rumah dengan cara Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau e-Learning, juga ada banyak wacana atau diskursus yang mempersoalkan efektifitas PJJ tersebut.
Komunitas Forum Dosen Majelis Tribun Timur yang anggotanya para profesor, rektor, dekan hingga intektual kampus dan aktivis, turut serta mempersoalkannya pada Dialog Virtual via Zoom, Sabtu (2/5/2020) sore.
Mereka, termasuk penulis, ikut mempersoalkannya lewat meeting zoom. Ada beberapa pemikiran urgen yang menurut penulis sayang kalau kalau tidak diekplorasi untuk diketahui publik.
• Intermeso Sambil Menunggu Beduk Berbunyi
Menurut hemat penulis, setidaknya ada tiga persoalan besar yang mewarnai permasalahan PJJ di masa covid-19 dengan PSBB.
Ketiga persoalan itu adalah pertama, daya dukung fasilitas Informasi dan Teknologi komunikasi (ITK).
Kita sedang diperhadapkan oleh kenyataan bahwa kita masih dalam keterbatasan daya dukung fasilitas teknologi komunikasi dari aspek ketersediaan dan penguasaan perangkat keras (hard ware) dan perangkat lunak (soft ware).
Unesco melaporkan bahwa hingga saat ini ada sekitar 830 juta pelajar yang tak memiliki akses ke komputer dan ada lebih sekitar 40 % pelajar yang tak memiliki akses internet di rumah untuk melanjutkan pendidikan lewat gawai.
Peneliti sosiologi pendidikan di Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Anggi Afriansya, menyatakan bahwa tantangan bagi pemerintah saat ini adalah pemenuhan akses infrastruktur dan perangkat digital terutama bagi sekolah di wilayah yang belum terakses dengan baik (Kompas,3,/5-2020).
Sayangnya, alokasi anggaran dalam menghadapi covid-19 tidak menyentuh aspek pendidikan yang jelas terimbas langsung akibat PSBB.
• Revolusi Industri 4.0, Pandemi Covid-19, dan Tugas Pendidik
Siswa harus belajar secara daring smentara perangkat teknologi komunikasinya tidak disiapkan oleh sekolah untuk para guru, demikian pula untuk ketersediaan jaringan bagi masyarakat yang anaknya harus belajar di rumah harus menguras badget ekonomi keluarga yang sudah terkuras akibat pandemik.
Dari sisi ini, pemerintah masih absen. Padahal, dari segi amanah konstitusi, negara melalui pemerintah wajib memenuhi kewajibannya untuk mencerdaskan bangsa yang merupakan salah satu tujuan kita bernegara.
Kedua, kreativitas para guru dalam mendesain sistem dan model Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) belum terbentuk dan terkondisikan karena kurikulum saat ini belum memberi ruang untuk itu.
Kreativitas yang muncul masih bersifat personal dan situasional yang kontemporer yang terdorong oleh inisiatif pribadi karena tanggung jawab para guru oleh idealismenya.
Pertanyaannya, ada berapa guru yang seperti itu jika dibandingkan dengan kebutuhan siswa dalam PJJ?
Seharusnya pemerintah secara massif nasional dan kondisional sesuai kemampuan dan kebutuhan regional menyediakan pelatihan desain model PJJ bagi para guru, sebagai bentuk insentif, mengingat tidak semua guru memiliki kemampuan untuk hal tersebut.
Guru harus bisa dibuat proaktif secara tersistem melalui kreativitas masing-masing yang terukur dan terencana, agar kualitas pendidikan kita tidak tertinggal akibat covid-19.
Ketiga, ternyata era revolusi 4.0 yang berbasis internet, big data, artifisial inteligent yang selama ini banyak didengungkan sedang melanda negeri ini, masih lebih merupakan dominan wacana.
Praktiknya, masih jauh dari yang sesungguhnya.
• Pertaruhan Tradisi Olimpiade Tokyo
Sikap mental dan perilaku sebagai masyarakat yang habit dengan dunia maya, masih bersifat split environment (lingkungan yang terbelah).
Belum menjadi habitus life ( kebiasaan hidup), belajar di dunia maya menunjang peningkatan kualitas pendidikan kita.
Sekali pun sedang didera oleh wabah yang mengubah pola hidup dan pola pembelajaran yang selama ini sudah menjadi bagian dari kebiasaan hidup.
Tetapi perlu di catat bahwa habitus belajar di dunia maya tersebut untuk PJJ dunia pendidikan kita sangatlah tergantung dan terpengaruh oleh dua faktor yang sebelumnya penulis kemukakan yaitu ketersediaan akses dan fasilitas IT dan kreativitas para guru dalam mendesain model dan program PJJ.
Tanpa dukungan kedua hal tersebut, jangan harap dunia pendidikan kita bisa eksis dan tetap bisa berperan untuk tidak tertinggal atau bahkan gagal dalam menjaga kualitas pendidikan kita.
Wallahu A'lam Bishawwabe. (*)