Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Covid-19, Luas, Massif, dan Lama?

Berdasarkan kondisi objektif tentang kecilnya dana Covid-19, rendahnya modal manusia dan modal sosial Indonesia akibat rendahnya layanan kesehatan

Editor: syakin
zoom-inlihat foto Covid-19, Luas, Massif, dan Lama?
dok tribun-Timur/fb
Prof Dr Anwar Arifin MA, Guru Besar Ilmu Komunikasi - mantan Anggota DPR RI

BPS juga merilis (16/1/2019) masih terdapat 25,67 juta orang (9,66%) yang mengalami kemiskinan (kronis, di bawah garis kemiskinan dengan penghasilan perkapita perbulan Rp 312.328).

Jika menggunakan kriteria kemiskinan multidimensi, dengan menghitung kesehatan, pendidikan, dan standar hidup, maka angka kemiskinan multidimensi masih tinggi yaitu 29,3% atau 79,5 juta jiwa (19,3 juta rumah tangga).

Salah Urus

Berdasarkan kondisi objektif tentang kecilnya dana Covid-19, rendahnya modal manusia dan modal sosial Indonesia, akibat rendahnya layanan kesehatan dan pendidikan, serta tingginya angka kemiskinan multidimensi, wajar kita sangat cemas dan khawatir bahwa serangan Covid-19 akan meluas, massif, dan lama.

Hal itu mencerminkan bahwa selama ini Indonesia telah salah urus, karena telah melalaikan pembangunan manusia melalui layanan kesehatan prima dan pendidikan bermutu. Prioritas pembanguan modal manusia dan modal sosial, telah dicontohkan Jepang, Korsel, Taiwan, dan Singapura yang mampu menlawan Covid-19, dengan akan kematian, hanya sekitar 2% kasus meninggal.

Kelalaian terhadap pembanguna manusia itu, kini terasakan pahitnya. Pemerintah yang Dana Corvid-19 relatif kecil, terpaksa hanya memilih opsi pembatasan sosial berkala besar, sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan. Pilihan itu dinilai bnayk pihak, akan kurang efektif memutus mata rantai penyeberan virus Corona. Indonesia akan mundur lagi, karena pertumbuhan ekonomi yang pernah 7%, turun ke 5,3% dan akan turun lagi menjadi 1,0%, akibat global Covid-19.

Realitas tersebut mengingatkan kita pada nasib Raja Korinthe dalam mitologi Yunani. Pendiri pesta olahraga Itmus itu terjerat amarah dewa. Ia kemudian dihukum mendorong batu besar ke atas bukit. Setiap kali akan sampai ke puncak, setiap kali batu itu menggelinding kembali. Pergulatan tiada akhir. (*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved