Virus Corona
Patuhi Pemerintah, Jamaah Tabligh Kerung-Kerung Tak Gelar Malam Ijtima', Pertama dalam 34 Tahun
Dalam catatan Tribun, jamaah tabligh di Makassar, sekitar tahun 1986 awalnya beraktivitas di Kompelks Masjid Raya, Bontoala, Makassar.
Penulis: Abdul Azis | Editor: Thamzil Thahir
Patuhi Pemerintah, Jamaah Tabligh Kerung-Kerung Tak Gelar Malam Ijtima, Sejarah 34 Tahun
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM — Pandemi wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), mengubah sejumlah tradisi sejumlah kelompok organisasi kemasyarakatan berbasis agama (ormas) di Indonesia.
Untuk kali pertama, Kamis (26/3/2020) malam, komunitas Jamaah Tabligh di Makassar, tak menggelar malam ijtima’ di kompleks mereka di Jl Kerung-Kerung, Kelurahan Maccini Gusung, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Malam Ijtima’ adalah semacam pertemuan para jamaah tiap pekan, yang digelar sejak 1986 di Masjid Kerung-Kerung.
• Saat Wabah Corona Merebak, Ribuan Orang Berdatangan ke Pakkatto Kabupaten Gowa
• Ijtima Asia, Panitia Batalkan Kedatangan Jamaah Bangladesh dan Pakistan
Pertemuan ini diisi ceramah dari ulama’, untuk jadi bekal para jamaah selama ‘misi khuruj”, atau menjalankan misi dakwah.
“Inilah bukti kami patuhi instruksi pemerintah tentang larangan berkumpul karena Corona. Ini pertama kalinya, sejak 34 tahun lalu tak pernah absen lailatul itima’,” kata Mustari Baharuddin (49), salah satu jamaah komunitas ini kepada Tribun, Kamis (26/3/2020) malam.
Dari pantauan Tribun, tadi malam, area sekitar tadi malam, tak seramai malam-malam sebelumnya.
Keputusan tidak menggelar lailatul ijtima’ ini, sudah diedarkan sejak Selasa (24/3) lalu, menyusul larangam berkumpul yang diumumkan pemerintah sejak dua pekan lalu.
Mustari yang juga panitia pertemuan Ijtima Tabligh Zona Asia di Pakkatto, Gowa, ini menyebutkan, sejak keluarnya larangan menggelar acara dari pemerintah Gowa dan Kapolda, pekan lalu, para anggota majelis jamaah sudah mulai, mempertimbangkan untuk tidak menggelar pertemuan jam’iyah.
“Sejak dulu, Jamaah Tabligh itu patuh pemerintah, dimanapun berada,” ujar almunus Ponpes Darul Arqaam Gombara dan Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK( Ujungpandang ini.
Dia menyebutkan, aktivitas dakwah lain di Kompleks Masjid Jami’ Kerung-Kerung, juga sudah dikurangi.
Kalau jamaah salat lima waktu tetap ada, tapi tak seramai sebelum-sebelumnya,” kata Mustari yang juga warga Jl Abubakar Lambogo, ini.
Dalam catatan Tribun, jamaah tabligh di Makassar, sekitar tahun 1986 awalnya beraktivitas di Kompelks Masjid Raya, Bontoala, Makassar.
Lalu kemudian, setelah jamaah mulai membesar, sekitar tahun 1988, aktivitas pindah ke Masjid Ikhtiar, Kompleks Unhas Baraya di Jl Sunu.
Di awal dekade 1990-an, komunitas ini pindah ke Masjid Fathul Jihad, sekitar 200 meter sebelah selatan SMP 4 Makassar, Jl Pongtiku, Kelurahan Kalukuang, Kecamatan Bontoala, Makassar.
“Kita tidak lama di sini, karena jamaah tambah banyak, lalu pindah ke Masjid Mamajang Raya di Jl Veteran Selatan, “ kata Ocha Alim (50), salah satu jamaah Tabligh, asal Jl Pongtiku, kepada Tribun.
Presiden The Macz Man ini, menyebutkan dia ikut jamaah tablig sejak duduk di bangku kelas I di SMP 4 Makassar.
Dia mengenang di masa itu, salah satu ulama besar Jamaah Tablig di Sulsel, adalah almarhum KH Jabbar Assyiri, KH Djalil, dan dokter Alimin Maidin, Drs H Hatta Walinga, selalu datang memberi ceramah.
“Pertemuan malam Jumat itu tak pernah putus. Usai lailatul Ijta’ inilah yang jadi modal kita untuk khuruj 3 hari, atau 40 hari,” kata Ocha yang sejak 1997, bermukim di Jl Salahutu I, sekitar 500 m Masjid Jami’ Kerung-Kerung.
Sebelum pindah ke Masjid Jami’ Kerung-Kerung, aktivitas dakwah jamaah Tabligh banyak terkonsentrasi di Jl Veteran Selatan, hingga awal dekade 2000-an.
Di awal pemerintahan Ilham Arief Sirajuddin sebagai Wali Kota Makassar (2004), pemerintah kota akhirnya ‘bermigrasi’ ke kompleks masjid yang lebih luas di Kerung-kerung, eks Taman Hiburan Rakyat (THR) dan pool truk Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Makassar.
Lima tahun terakhir, sebagian elite Jamaah Tabligh Kerung-Kerung, juga mendirikan pusat dakwah di kawasan Jl Hertasning dan Jl Tun Abdul Razak.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (BaLitbang) Kemenang Sulsel, Dr Saprillah Al Baiquni menyebut, sejauh ini pihaknya baru mengidentifikasi dua faksi Jamaah Tabligh di Sulsel.
“Yang pertama dari Kerung-Kerung itu Jamaah Syura Alamiyah, yang pusat dakwahnya di Jakarta ada di Ancol. Sedangkan faksi kedua kelompok Maulana Saad di Masjid Nurul Ilmi, Jl Hertasning. dan pusatnya di Jakarta di kawasan Kebon Jeruk Jakarta,” ujarnya, via telepon tadi malam.
Dia mendapat laporan bahwa hajatan Ijtima yang batal digelar di Pakkatto, digagas Jamaah Tabligh Syuro Alamiyah.
Sedangkan pertetemuan Jamaah Tablih di Petaling Malaysia, digelar faksi Maulana Saad.
Bahkan, hasil identifikasi terbaru Jamaah Tabligh Maulana Saad, di Makassar juga kini ada faksi yang juga aktivitas jamaahnya di perbatasan Makassar dan Gowa.
Saprillah menyebut, penelitian mendalam tentang ormas Islam di Sulsel ini adalah bagian dari pemetaan perkembangan Islam di Indonesia.
Penelitian ini akan fokus ke tokoh, peta dakwah, dan motif munculnya faksi-faksi ini.
Sejauh ini, yang terbaca karena perbedaan ke-Amiran. Jamaat Tabligh SA masih memakai kepemimpinan model presidium atau mejelis.
Sedangkan MA memakai model kepemimpinan Amir, atau atau pemimpin tertinggi.
“Ini Islam fundamentalisme bukan radikal ya, yang berkembang dari Mekkah, lalu menyebar dari Asia Selatan (India, Pakistan, Bangladesh) dan kemudian masuk ke Indonesia tahun 1970-an,” ujar Pepih, yang kini juga merancang penelitian Islam Salafi, Jamaah Tabligh, dan ormas lain di Sulsel dan Indonesia timur.