Pemuda dan Pilwali Makassar
“politik ada untuk menolong orang, bukan untuk aktualisasi diri”. Bagaimana calon yang didominasi laki-laki dapat mengedepankan aspirasi perempuan?
Namun kita hanya melihat calon laki-laki tanpa melihat calon perempuan.
Mengutip seorang teman penulis “politik ada untuk menolong orang, bukan untuk aktualisasi diri”. Bagaimana calon yang didominasi laki-laki dapat mengedepankan aspirasi perempuan yang kerap tidak terwakili?
Kepemimpinan yang benar berlandaskan keadilan dan kegiatan nonkekerasan. Kepemimpinan yang baik mendatangkan perdamaian abadi dan menghilangkan rasa takut untuk selamanya.
Mampukah pemimpin berikutnya menghilangkan rasa takut yang dirasakan penganut minoritas agama ketika harus berjalan, melaksanakan agamanya, dan ketika harus melalui kehidupan normal mereka tanpa merasakan diskriminasi dan segregasi seperti penolakan ucapan selamat Natal dan penolakan atas acara ibadah.
Seorang calon walikota bekerja keras dan bekerja lebih keras untuk memahami warganya.
Makassar juga didiami oleh etnis Tionghoa yang sudah mendiami Sulsel termasuk Makassar sejak abad 17 ketika Cheng Ho mengarungi dunia.
Bagaimana calon wali kota akan menyalurkan aspirasi minoritas etnis ini? Pemilihan wali kota bukan soal ide, namun soal pelaksanaan. Calon yang dibutuhkan adalah calon yang memiliki hati nurani dan dapat menyatukan masyarakat Kota Makassar. Bukan memecah belah. (*)