Galak di Media Sosial
Banyaknya informasi yang muncul membuat orang begitu mudah menyebarkan atau membagikan, termasuk berupa aib orang lain, fitnah, dan kebencian
Manusia Berjari
Di tengah masyarakat dengan tingkat literasi yang sangat rendah, Efek Dunning-Kruger adalah sesuatu yang biasa. Survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga menyebutkan, tingkat minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah dan memprihatinkan. Membaca semakin sulit dibudayakan karena masyarakat Indonesia yang terbiasa mendengar dan menonton semakin dimudahkan oleh internet dan media sosial.
Padahal, membaca sangat penting karena berhubungan dengan upaya meningkatkan kualitas hidup dan kualitas sumber daya manusia. Dasar olah pikir dikembangkan lewat pelajaran membaca, menghitung, menutur, mendengar, menulis, dan meneliti. Membaca lebih dari sekadar belajar melek huruf atau sekadar membaca buku pelajaran wajib di sekolah. Membaca harus menjadi kecakapan fungsional yang dibiasakan sejak sekolah dasar. Kecakapan dan kebiasaan membaca sejak dini memudahkan anak-anak menjelajahi ilmu pengetahuan melampaui pelajaran di sekolah. Kebiasaan membaca berkelindan dengan menulis, yang pada gilirannya akan mendorong semangat meneliti, melalui penelaahan terhadap ayat-ayat tertulis (kitabiyah), ayat-ayat semesta, ayat-ayat sejarah, dan ayat-ayat di dalam diri (Latif, 2019).
Karena budaya membaca yang rendah, orang tidak mampu berpikir dan menganalis, yang ada hanyalah mengandalkan jari untuk membagikan. Ketika dikomentari, orang-orang seperti ini tidak bisa berargumen, yang terjadi adalah balas membalas dengan kalimat-kalimat pendek dan emosional, yang semakin menujukkan ketidaktahuannya.
Orang-orang seperti ini terlihat sangat percaya diri, bahkan terlihat galak di dunia maya. Sayangnya, orang-orang ini hanya mengandalkan jari untuk memamerkan kebodohan. Negeri ini tidak bergerak maju, karena berisikan manusia-manusia yang hanya mengandalkan jari, yang gemar menyebar hoks, fitnah, dan kebencian. (*)