Transaksi QRIS
Tak Butuh Biaya Besar, BNI dan BRI Siap Raup Untung dari Transaksi QRIS
Pembayaran non tunai dengan menggunakan QR Code wajib menggunakan QR Code Indonesia Standard (QRIS).
Tak Butuh Biaya Besar, BNI dan BRI Siap Raup Untung dari Transaksi QRIS
TRIBUN-TIMUR.COM - Pembayaran non tunai dengan menggunakan QR Code wajib menggunakan QR Code Indonesia Standard (QRIS).
Sejak diluncurkan Agustus 2019 lalu oleh Bank Indonesia (BI), akseptasi pembayaran berbasis QRIS makin luas.
Bank Indonesia klaim, kini sudah ada lebih dari 2 juta merchant yang menerima pembayaran via QRIS.
“Hingga 15 Januari 2020 lalu sudah sudah ada sekitar 2 juta merchant yang menerima pembayaran dengan QRIS,” Kepala Departemen Sistem Pembayaran BI Filianingsih kepada kontan.co.id, Senin (20/1/2020).
Meskipun pasang tarif yang lebih rendah dibandingkan transaksi lain via mesin electronic data capture (EDC), Filianingsih bilang ini tak akan jadi hambatan untuk mendukung implementasi.
• Produk Makanan dan Obat Diminta Pakai QR Code BPOM
• Ini Bakal Dilakukan Bank Indonesia Tingkatkan Transaksi QRIS
Sebagai catatan, tarif merchant discount rate (MDR) transaksi berbasis QRIS ditetapkan secara umum 0,7% dari nilai transaksi. Adapun, untuk merchant bidang pendidikan tarifnya 0,6%, sementara merchant SPBU 0,4%.
Tarif MDR tersebut juga mesti dibagi kepada issuer 37%, acquirer 39%, lembaga switching 18%, lembaga service 4%, dan lembaga standardisasi 2%.
Adapun untuk transaksi kartu kredit maupun kartu debit via EDC dikenakan tarif MDR di kisaran 2-3%, setelah penerapan ekosistem Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) tarifnya juga ikut menurun paling besar 1%.
“Untuk tarif MDR dari QRIS juga telah disepakati oleh industri, dan ASPI (Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia). Jadi sebenarnya QRIS ini produk dari industri,” lanjut Filianingsih.
Sejumlah perbankan juga mengaku dengan interoperabilitas, dan intekonektivitas yang dihadirkan QRIS perbankan sejatinya bisa turut ambil untung.
Meskipun, sejatinya ada biaya tambahan yang dikeluarkan untuk memperbarui mesin EDC agar dapat menerima transaksi berbasis QRIS.
• Bank Indonesia Dorong Masjid Pakai QRIS untuk Kotak Amal
• Catat! Ini Daftar 164 Fintech Lending Terdaftar dan Diawasi OJK per 20 Desember 2019
“Biayanya sebenarnya relatif, karena metode pembayaran dengan QRIS juga tergolong baru, dan sisi lain justru implementasi QRIS lebih murah, karena penetrasi merchant akan lebih besar,” kata kata VP E-Channel PT Bank Negara Indonesia Tbk, Fajar Kusuma Nugraha.
Fajar bilang saat ini, setidaknya ada 47 ribu merchant BNI yang dapat menerima transaksi QRIS.
Dengan menerima QRIS, pertumbuhan transaksi via EDC BNI tahun ini ditarget tumbuh mencapai 32% (yoy), dengan kontribusi terhadap pendapatan komisi sebesar 29%.
Sementara EVP Retail Payment PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, Arif Wicaksono juga menyatakan hal senada.
Ditambah, BRI juga turut mendorong pertumbuhan merchant penerima transaksi dengan kode QR code statis yang praktis tak butuh biaya besar.
Strategi ini dilakukan untuk menyasar merchant ritel, maupun pelaku UMKM di pasar tradisional.
“MDR dari QRIS merupakan peluang untuk meningkatkan pendapatan kami, karena melalui QRIS tercipta interkoneksi antar bank maupun dengan penerbit uang elektronik non bank,” katanya, Selasa (21/1/2020).
• Hingga 10 Januari 2020, Pengguna QRIS di Sulsel Capai 36.200 Merchant
• Sosialisasi QRIS, BI Sulsel Bakal Gelar KTI DIGI-FEST Januari
Interkonektivitas dan interoperabilitas yang dihadirkan QRIS bisa diilustrasikan, bahwa mesin EDC milik BRI misalnya dapat digunakan untuk bertransaksi melalui Ovo.
Kini, Arif mengaku bank terbesar di tanah air ini telah memiliki 10.000 mesin EDC yang dapat digunakan untuk bertransaksi QRIS.
Adapun target pertumbuhan transaksi EDC pasca menerima transaksi QRIS diharapkan bisa tumbuh hingga 25% (yoy) tahun ini.
“Untuk kontribusi pendapatan komisi tentu akan meningkatkan dengan kenaikan sales volume, termasuk meningkatkan CASA (current account and saving account) kami yang memang jadi fokus lini bisnis acquiring BRI,” jelasnya.
Merchant QRIS di Sulsel
Bank Indonesia (BI) terus menggenjot penggunaan sistem pembayaran non tunai, QR Code Indonesia Standard alias QRIS bagi UMKM.
Resmi dilaunching pada 17 Agustus 2019 lalu, dalam kurung empat bulan respon masyarakat cukup positif.
Tercatat hingga 10 Januari 2020, total pengguna QRIS secara nasional mencapai 1,7 merchant.
Deputi Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran, Ricky Satria mengatakan, khusus Sulawesi Selatan respon masyarakat juga siginifikan.
"Untuk wilayah Sulsel saat ini pengguna sistem ini sudah mencapai 36.200 merchant, kebanyakan memang UMKM binaan BI serta Pasar Tradisional," katanya di sela-sela Media Briefing Kebijakan Sistem Pembayaran di Maxx Coffe Phinisi Point, Sabtu (11/1/2020).
• Dukung Produk Lokal, Dekranasda Sulsel Sukses Masukkan Produk IKM ke Hotel dan Perbankan
• Tekan Biaya Pembentukan Kantor Cabang, Bank Mandiri Fokus Tambah Agen
Menurutnya, meski sistem ini belum sepenuhnya sempurna. Pihak BI akan terus melakukan perbaikan dan inovasi ke depannya sambil terus menggenjot sosialisasi ke masyarakat.
"Sosialisasi dan edukasi terus kita lakukan, karena kita tidak menunggu sempurna dulu baru mengenalkannya ke masyarakat sembari meningkatkan keamanan dan sebagainya," ujarnya.
Direktur Eksekutif Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran, Pungky Purnomo Wibowo menambahkan, kehadiran sistem pembayaran ini untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.
Tak hanya itu, menurut Pungky manfaat fee transaksi menggunakan QRIS juga cukup murah.
"Jika sebelumnya fee bank nasional mencapai 1 persen, maka sistem ini hanya 0,7 persen namun belum final sehingga masih bisa turun," katanya.
Menurutnya, QRIS harus tersedia di merchant UMKM khususnya di pedesaan.
"Bagaimana caranya, kami akan mengedukasi dan sosialisasi menjadi hal penting dan harus dilakukan bersama dengan penyedia jasa sistem pembayaran baik bank atau fintech," tuturnya.(*)
Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul “https://keuangan.kontan.co.id/news/implementasi-qris-perbankan-siap-raup-untung?".