Pantai Losari
Kondisi Pantai Losari Sekarang, Banyak Sampah dan Berbau
Saat musim hujan seperti ini, Pantai Losari seperti menjadi tempat bermuaranya sampah dari berbagai penjuru kanal di Makassar.
Penulis: Muh. Hasim Arfah | Editor: Muh. Irham
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Anjungan Pantai Losari dulunya dikenal sebagai restoran terpanjang di dunia. Dinamai demikian, karena sebelum direklamasi, bibir pantai dipenuhi pedagang yang menjajakan aneka makanan.
Pengunjung datang ke Losari selain untuk menikmati makanan khas Makassar, pisang epe, juga untuk melihat panorama matahari tenggelam yang disebut-sebut menjadi salah satu spot terbaik di Indonesia.
Sebelum Losari direklamasi, pengunjung masih sering melihat nelayan menjala ikan di sekitar bibir pantai. Anak-anak juga sering terlihat berenang di tepi pantai saat pagi dan sore hari.
Namun kini, pemandangan seperti itu sudah jarang terlihat. Air laut yang dulunya bersih, kini menjadi kehitaman dan bau.
Saat musim hujan seperti ini, Pantai Losari seperti menjadi tempat bermuaranya sampah dari berbagai penjuru kanal di Makassar.
Pemerintah Kota Makassar sebagai yang paling bertanggungjawab terhadap Losari, hampir setiap hari melakukan pembersihan, namun banyaknya aliran sampah yang masuk ke Pantai Losari, membuat para petugas kewalahan.
“Sampah dibersihkan pagi hari, siang harinya, sampah kembali menumpuk,” kata salah seorang petugas kebersihan di Losari. Setiap hari, ia dan beberapa rekannya menggunakan perahu untuk menjaring sampah-sampah yang mengapung di sekitar pantai.
Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah juga pernah mengeluhkan bau kurang sedap dari air Pantai Losari.
Ia mengatakan, air laut Losari bau karena tidak ada saluran air dari kanal yang bermuara di Losari. Akibatnya, sampah-sampah yang keluar dari kanal tinggal di sekitar losari, mengapung, dan sebagian lagi menjadi endapan di dasar pantai.
"Ini kan airnya bau, karena tidak ada saluran, makanya kami akan buatkan dua saluran untuk Pantai Losari," katanya beberapa waktu lalu.
Aktivis lingkungan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan juga menyebut hal yang sama.
Direktur Walhi Sulsel, Al Amin mengatakan, fenomena bau dan banyaknya sampah di Losari karena tingginya pencemaran di sekitar Losari.
Sirkulasi air laut depan Pantai Losari tidak ada dan membuat sampah menagpung. Mikroorganisme yang mati (dekomposisi) mengendap di lokasi itu.
Akibat dari pengendapan dan tidak adanya sirkulasi yang baik kata Walhi, tentu saja ada gangguan, terutama makhluk hidup, biota laut dan mahluk hidup di sekitarnya.
Kini, belum ada terlihat langkah nyata dari pihak-pihak terkait untuk menangani pencemaran sampah di sekitar Losari.
Setiap hari, setelah air pasang, bibir pantai dipenuhi aneka sampah.(*/tribun-timur.com)