Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Faisal Oddang dan Peradaban Manusia Bugis

De nalabu matanna essoe’ ri tengngana bitarae”. Di dalam buku ini, adagium tersebut pun dituliskan dalam terjemahan bahasa Indonesia

Editor: syakin
zoom-inlihat foto Faisal Oddang dan Peradaban Manusia Bugis
tribun timur
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar/Presiden Mahasiswa DEMA UIN Alauddin Makassar Periode 2018

Sebuah latar cerita yang tidak jauh dari peristiwa 1965 tergambar dalam dialog tersebut. Yang terlintas dalam pikiran saat setelah membaca kutipan dialog di atas adalah begitu besarkah kesalahan yang pernah dibuat para komunis di masa lalu sehingga orang-orang yang dituduh berafiliasi dengannya akan diperlakukan secara tidak manusiawi?

Maka sebuah kewajaran jika pertanyaan seperti itu terlintas di pikiran orang seperti saya yang tidak tahu-menahu dan tidak pernah membaca literatur asli terkait sejarah komunis di masa lalu. Meskipun banyak literatur yang menjelaskan tentang komunis namun beberapa di antaranya masih patut dipertanyakan kebenaran fakta yang dikandung.

Hal yang cukup memilukan sampai saat ini adalah beberapa kelompok masyarakat anti terhadap hal-hal yang berbau komunis atau Marxis atau bahkan bertindak di luar batas. Pertanyaannya kemudian apakah kelompok masyarakat seperti itu pernah mengkaji secara mendalam terkait apa yang dibencinya atau setidaknya membaca literatur-literatur terkait?

Atau hanya mendapat informasi dari mulut ke mulut tanpa memfilter atau membuktikan kebenarannya? Tapi semoga saja mereka yang seperti itu telah menemukan fakta sejarah yang objektif sebelum menghidupkan kebencian dalam dirinya terhadap sebuah paham tapi akan sangat fatal jika mereka hanya sekedar membenci namun belum memahami apa yang sebenarnya yang mereka benci itu.

Sejatinya, corak ilmu pengetahuan yang terlegitimasi adalah yang berasal dari tarikan sejarah. Di luar daripada itu maka penciptaan sebuah pandangan akan menjadi ahistoris. Sebuah pandangan yang ahistoris akan melahirkan benih kecintaan yang palsu termasuk jiwa nasionalisme yang tidak terkonstruksi dengan pemahaman sejarah atas sebuah bangsa maka yang akan tercipta adalah cinta yang tidak menghidupkan proses kehidupan. (*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved