Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Arti #GejayanMemanggil atau Gejayan Memanggil dan Tewasnya Moses Gatutkaca Mahasiswa USD

Arti #GejayanMemanggil atau Gejayan Memanggil dan tewasnya Moses Gatutkaca mahasiswa MIPA Universitas Sanata Dharma.

Editor: Edi Sumardi
TWITTER.COM/@DIDIK_RAMADHAN
Seruan aksi #GejayanMemanggil. 

Ia meninggal dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Panti Rapih.

Menurut dokter yang memeriksa, Moses Gatutkaca mengalami perdarahan di telinga akibat pukulan benda tumpul.

Selain mahasiswa USD, mahasiswa Universitas Gadjah Mada dan mahasiswa IKIP Negeri Yogyakarta (saat ini UNY) juga turut melakukan aksi demo yang berujung bentrokan.

Dikutip dari harian Kompas yang terbit pada 9 Mei 1998, hingga pukul 23.00 WIB pada 8 Mei 1998, Jalan Kolombo, Yogyakarta, masih memanas akibat bentrokan ribuan mahasiswa dan masyarakat dengan ratusan aparat keamanan, menyusul saling serang antara aparat dan para demonstran.

Mahasiswa dan masyarakat melawan aparat dengan batu, petasan, bahkan bom molotov.

Aparat keamanan akhirnya mulai membubarkan demonstran dengan tembakan gas air mata, semprotan air dari kendaraan water gun, dan pengejaran ke IKIP Yogyakarta dan Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

Untuk mengenang Peristiwa Gejayan, Jalan Kolombo di sebelah Univeritas Sanata Dharma diubah menjadi Jalan Moses Gatutkaca.

Nama jalan untuk mengenang pahlawan Reformasi yang mungkin masih terlupakan.

Demo mahasiswa tahun 2004

Diberitakan harian Kompas yang terbit pada 21 Mei 2004, Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) cabang Yogyakarta dan Front Perjuangan Rakyat Miskin (FPRM) melakukan aksi demonstrasi menyambut Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2004.

Kedua elemen tersebut melakukan aksi masa di sekitar Kantor Pos Besar, Yogyakarta.

Mahasiswa HMI meminta masyarakat mengkritisi kembali peringatan Hari Kebangkitan Nasional karena peringatan itu sekadar jadi ritual belaka.

Mereka berpendapat, bahwa kenyataan yang ada justru keterpurukan nasional.

Beberapa elit politik yang menjadi calon presiden pada saat itu, menurut HMI, merupakan salah satu kelompok status quo yang akan melanggengkan kekuasaan lama dan tidak membawa perubahan di negeri ini, karenanya mereka mengajak masyarakat menolak orbaisme, status quo, dan militerisme.

Di kancah politik pun fenomena kekuatan status quo semakin nyata.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved