Potret Kekeringan di Utara Makassar, Emak-emak Jemput Anak Sekolah Bawa Jeriken Air
Tiap harinya, mahasiswi Unismuh Makassar ini menempuh perjalanan sekitar 1-2 kilometer untuk memperoleh air bersih.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Imam Wahyudi
Ia pun harus merogoh kocek Rp 30-50 ribu per hari untuk memenuhi kebutuhan air bersih rumahnya.
Terpisah, Hendra (36) sang penjual air di Jl Barukang III ini mengaku tiap harinya harus meladeni belasan hingga puluhan warga yang mengalami krisis air bersih.
"Kita bukanya disini mulai jam 6 pagi sampai 12 malam, tergantung banyaknya yang datang dan panjangnya antrian," kata Hendra.
Dalam sehari, warga yang mengalami krisis air bersih dan mengantre di tempat Hendra biasanya mencapai 20 orang.
"Kadang 15 orang yang datang antre silih berganti. Kadang juga sampai 20an orang kalau panjang antrean di tempat lain," ujarnya.
Di Jl Barukang III, bukan hanya Hendra yang menjual air bersih ke warga yang mengalami krisis air bersih.
Pantauan di lokasi sedikitnya terdapat 8-10 rumah yang menyediakan penjualan air bersih.
Seorang ibu yang baru saja menjemput anaknya sepulang sekolah, bahka ikut antre air bersih.
Ibu-ibu yang enggan diwawancarai itu, terlihat menggunakan motor matic. Sang anak di posisi jok belakang. Sedang, dua jerigen ditaruh di dasbor depan.
Air yang dijual, kata Hendra juga merupakan air dari aliran pipa PDAM.
"Disini mengalir terusji karena ikut alirannya angkatan Laut," ungkapnya.
Namun, saat ditanya omset penjualan air bersih yang diraup tiap harinya, Hendra enggan membeberkan.
20 Ribu Pelanggan PDAM Makassar Krisis Air Bersih
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR-Sebanyak 20 ribu pelanggan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PDAM) Kota Makassar terancam krisi air bersih.
Krisis air itu menyusul keringnya Bendungan Lekopancing dan naiknya air laut.