273 Tahun PT Pos Indonesia, Abdul Rahim Pak Pos Keliling yang Masih Bisa Tersenyum
Abdul Rahim hanyalah satu cerita ‘transformasi’ Pak Pos Indonesia di era disrupsi digital. Bisnis surat pos di periode 2000-2018 mengalami penurunan
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Thamzil Thahir
Jelang Ulang Tahun 273 Pos Indonesia, Begini sekelumit cerita Abdul Rahim, Pak Pos Keliling di Makassar yang Masih Tetap Tersenyum di Era Disrupsi Digital
MAKASSAR, TRIBUN -- Hari Jumat, 27 September 2019 nanti, PT Pos Indonesia tepat berusia 273 tahun.
Berdiri di puncak kejayaan kolonialisme Belanda, tahun 1746, —hampir dua dekade terakhir—, jawatan pengirim kabar ini terus dirudung tantangan digital.
Pak Pos dan klakson khas motornya bukan lagi sosok yang dinantikan.
Telepon cerdas dan gadget digital terus menggerus peran "Pak Pos". Dihantui ancaman merugi, perusahaan BUMN dengan aset properti terluas dan terbanyak di Indonesia ini, bertransformasi dari jasa pengirim surat, paket, dan wesel pos, transporter logistik, menjadi jasa penyedia jaringan internet, lalu "financial technology" dan kini tengah menggarap bisnis penyedia tempat bekerja, "co-working space" terbesar di Indonesia. Semoga lancar jaya..
Dan inilah sekilas kisah Abdul Rahim (35), Pak Pos Makassar, yang tugas di timur kota urban, Biringkanaya, Makassar.
Rahim adalah satu dari sekitar 23.647 Pak Pos "model baru" yang bekerja pada 4.569 kantor unit layanan seluruh Indonesia.

Rahim, ditemui Tribun di mobil unit layanan Pos Keliling di Kantor Imigrasi Kelas I Makassar, Jl Perintis Kemerdekaan Km 14, Daya, Makassar, Sulsel, 16 hari menjelang, ulang tahun ke-273 Pt Pos Indonesia, Rabu (11/9/2019) siang.
"Iye, betul hampir-mi (sudah dekat) hari Bakti Pos, September nanti," ujarnya sembari melayani calon pemilik Paspor di area parkir utara Kantor Imigrasi Makassar.
Rahim tercatat sebagai "Pak Pos" di Kantor PT Pos Indonesia Regional X, Jl Slamet Riyadi, Km 0, Kota Makassar.
Saban pukul 07.00 wita, dia sudah meninggalkan rumah di selatan kota, menuju kantornya di belakang Benteng Panynyua, Fort Rotterdam, Ujungpandang.
Baca: Polsek Wajo Bekuk Begal di Jl Timor Makassar, Begini Kronologinya
Baca: Hingga September 2019, Laporan Perkara Asusila Dominasi di Polres Enrekang
Baca: Obsesi Kadispora: Makassar Jadi Sportainment City, Bisa Terwujud Pak?
Di kantor pusatnya di ujung barat kota, Rahim cuma presensi kehadiran, berbasa-basi dengan sejawat, ngopi jika sempat, dan bergegas lagi ke timur kota, kantor Imigrasi.
Lebih dua bulan, dia dipercaya atasannnya menggerakkan unit layanan pos bergerak. Bukan pakai motor dan ‘karung cokelat pos’, melainkan mengendarai mobil.
Dia menyetir dan memastikan minivan Isuzu oranye milik perusahaan siap kerja.

Dia mulai bekerja pukul 09.00 Wita, dan baru tutup "toko" pukul 17.00 Wita.