Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

OPINI - Kita Memang Sudah Rasis Sejak dalam Alam Pikiran

Dalam pikirannya, mereka selalu mengasosiasikan orang kulit hitam sebagai orang yang bodoh, tertinggal, dan terbelakang.

Editor: Aldy
zoom-inlihat foto OPINI - Kita Memang Sudah Rasis Sejak dalam Alam Pikiran
tribun timur
Kandidat MA Program Double Major TESOL dan Linguistics Southern Illinois University, Amerika Serikat/ Penerima Beasiswa Fulbright

Samuel Morton, seorang ilmuwan AS, dijuluki “bapak rasisme ilmiah” sebagaimana pernah diulas khusus oleh Tirto.

Morton mengumpulkan tengkorak manusia yang diambil dari medan tempur dan kuburan. Lalu ia mengukur volume otak dan menyimpulkan perbedaan ras berdasarkan kemampuan otak.

Semakin putih rasnya maka dianggap semakin tinggi tingkatan rasnya. Jadi jika kamu merasa rasmu lebih tinggi karena kulitmu putih, ingatlah masih ada di atas kamu yang lebih putih.

Hingga kini warisan rasisme Morton masih mempengaruhi sendi-sendi kehidupan kita.

Baca: Balai Bahasa Gaungkan Literasi untuk Anak Pesisir di Majene

Jika kita menelusuri, sebenarnya sejak lama selalu ada pergolakan dan perlawanan terhadap rasisme yang tidak berdasar.

Agamapun hadir melawan rasisme. Dalam Islam misalnya disebutkan sebaik-baik manusia adalah yang paling bertakwa. Bukan yang hitam atau putih.

Sejarah Islam justru juga telah membuktikan, mengakui, dan melebur persatuan dan menghilangkan perbedaan-perbedaan terutama karena perbedaan kulit.

Betapa agama –jika ia dianggap sebagai sumber kebenaran- telah memberikan pengetahuan.

Tetapi manusia adalah manusia yang lebih sering memperturutkan hawa nafsu dan kebenciannya belaka. Meski Tuhannya sendiri telah memperingatkannya.

Maka terlepas dari apapun bangsanya dan darimana ia berasal, mereka akan tetap bersikap rasis sejak dalam pikiran. Sikap rasis bersembunyi di balik kulit.

Kita seringkali mengkritik dengan kasus rasisme yang terjadi di luar negeri seperti di Amerika Serikat. Negara yang meski sudah sejak lama berjuang rasisme namun sisa-sisanya masih terasa hingga kini.

Meski tentu tidak seperti dulu lagi. Namun, akan tetap ada orang-orang yang rasis.

Mereka tidak serta merta menunjukkannya kini namun suatu waktu selama pikiran rasis itu tetap ada, rasisme itu akan muncul.

Baca: Besok, DKPP Periksa KPU Bantaeng dan Luwu

Dan sikap rasisme itu tidak harus kepada suku lain. Bahkan sesama suku sendiri kita sering melakukannya.

Dua hari lalu seorang kawan di Instagram membagikan cerita anaknya yang berumur empat tahun. Anaknya itu meminta kepada ayahnya untuk membelikan krim pemutih.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Angngapami?

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved