OPINI
OPINI - PKB dan Tangan Dingin Cak Imin
Strategi yang diakui oleh banyak kalangan yang dilakukan oleh Cak Imin adalah gagasan cerdas, elegan, dan sebagai simbol anak muda...
Oleh:
Rusdi Idrus
Ketua Pimpinan Wilayah GP Ansor Sulsel
Saat Gus Dur bersama ulama NU lainnya mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Cak Imin mendapat kepercayaan sebagai Sekretaris Jenderal DPP PKB.
Pemilu pertama pasca-reformasi, bagi Cak Imin sebagai kebangkitan politik kalangan muda Nahdlyin.
Cak Imin akhirnya terpilih sebagai anggota DPR RI periode 1999/2004, sekaligus pemecah record sebagai pimpinan termuda (wakil ketua) DPR RI di usia 32 tahun.
Sementara Gus Dur, sebagai Deklarator PKB dan Ketua PB NU saat itu, terpilih sebagai Presiden RI ke-4 melalui sidang MPR RI 1999. Hasil kompromi politik para elite demi keselamatan bangsa.
Namun euforia kalangan Nahdliyin tidak berlangsung lama. Gus Dur diturunkan sebagai Presiden melalui Sidang Istimewa MPR RI Tahun 2001.
Pemuda kelahiran Jombang ini adalah sosok yang dipersiapkan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur untuk menjadi salah satu pemimpin bangsa saat ini.
Pemikiran, gaya kepemimpinannya, karakter dan kepiawainnya, banyak dipengaruhi oleh Gus Dur.
Salah satu cara Gus Dur membentuknya dengan menitipkannya pada Megawati Soekano Putri, sehingga pernah mendapat kelakar bahwa “Cak Imin si anak yang hilang”.
Baca: Panen Raya di Desa Bila, Bupati Sidrap Sarankan Petani Lakukan Ini
Proses dan dialektika pemikiran Cak Imin atas pergumulan teori dan ideologi yang dia pahami tentang Islam Nusantara, demokratisasi, sosialisme, marxisme, dengan realitas sosial politik kebangsaan saat itu, membuatnya tampil sebagai salah satu tokoh muda yang progressif, berkarakter, berani dan berkualitas.
Saat menempuh pendidikan S1 (1986) di dua perguruan tinggi sekaligus, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Universitas Islam Negri (UIN) Yogyakarta, Cak Imin memilih menjadi seorang aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Ia kemudian dipercaya memimpin PMII Cabang Yogyakarta tahun 1991.
Sukses memimpin PMII Yogyakarta, menjadi tiket menuju pentas nasional melalui Kongres PMII XI di Samarinda, Kalimantan Timur, Cak Imin terpilih menjadi Ketua Umum PB PMII Periode 1994/1997.
Sukses melewati Pileg 2009, PKB menjadi salah satu partai pengusung pasangan SBY Budiono, sehingga Cak Imin diberi mandat oleh SBY sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Trasmigrasi.
Terpilihnya Cak Imin sebagai menteri pada kabinet SBY periode kedua, memberi spirit tersendiri baginya untuk bangkit, membenahi infrastruktur partai, dan mengkonsolidasi basis PKB.
Baca: PA Malili Luwu Timur Deklarasi Wilayah Bebas Korupsi
Walaupun hasilnya terlihat tidak begitu menggembirakan, jika di bandingkan pemilu sebelumnya, tapi cukup membanggakan dengan hasil 28 kursi DPR RI dengan perolehan suara 5.146.302 atau 4.95%.
Namun pada Pemilu 2014, PKB menjadi salah satu partai yang masuk 5 besar dengan perolehan suara 11.298.957 (9.04) dan 47 kursi DPR RI.
Kesuksesan Cak Imin mengantar PKB menjadi salah satu partai di papan atas diapresiasi oleh banyak kalangan. Bagi Cak Imin, politik adalah jalan untuk membangun peradaban sebuah bangsa.
Karena itu posisi PKB sebagai partai politik yang kelahirannya diinisiasi oleh ulama NU, memiliki platform partai yang berbeda dengan yang lain, sehingga kultur politik yang dibangunnya tetap berbasis pada tradisi kaum santri yang berhaluan Islam Ahlussunnahwaljama`ahAnnahdliyah yang dikenal moderat.
Hal ini dibuktikan pada Pilpres 2014, Cak Imin kembali menunjukkan kelasnya sebagai politisi, yang sukses menjadi salah satu inisiator pasangan Jokowi-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014.
Bahkan memposisikan PKB dan NU menjadi salah satu faktor penentu kemenangan Jokowi JK.
Karena itu PKB diapresisasi oleh Jokowi dengan memberikan kepercayaan 4 kader PKB duduk di jajaran kabinet periode 2014 – 2019.
Baca: KPU Sulsel Kroscek Kasus Rahmat Sebelum Lapor ke DKPP
Strategi Taktik
Strategi yang diakui oleh banyak kalangan yang dilakukan oleh Cak Imin adalah gagasan cerdas, elegan, dan sebagai simbol anak muda yang harus tampil sebagai pemimpin bangsa adalah strategi yang sukses mendongkrak elektoral PKB dan Cak Imin.
Elektabilitas PKB naik di angka 8% dan Cak Imin tembus diangka 12% sebagai calon kuat Wakil Presiden yang akan mendampingi Jokowi menurut lembaga survei.
Ini merupakan langkah taktis dan strategis yang dilakukan Cak Imin untuk mengonsolidasi basis dan menguatkan infrastruktur partai agar lebih siap menghadapi pemilu yang dilakukan secara serentak antara Pileg dan Pilpres dengan beban parliamentary threshold partai politik menjadi 4% untuk lolos di Pemilu 2019.
Meskipun banyak kalangan menilai bahwa ini adalah bermanuver yang dinilai publik sedikit ‘sensasional’ untuk mengejar elektoral partai dengan memasang baliho pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Jokowi Muhaimin (JOIN) yang terpajang di pusat pusat kota, provinsi dan kabupaten/kota.
Ternyata manuver yang dilakukan itu memperoleh hasil yang ‘fantastik’, PKB naik satu peringkat menjadi posisi ke-4 dengan perolehan suara 13.570.097 atau 9,69% dengan 58 kursi DPR RI.
Pasangan Jokowi KH.Ma`ruf Amin menjadi pemenang Pilpres 2019, dimana PKB dan NU menjadi salah satu faktor penentu kemenangan Jokowi pada Pilpres 2019.
Baca: Karang Taruna Toraja Utara Bakal Konsolidasi di 21 Kecamatan, Ini Tujuannya
Kesuksesan Cak Imin memimpin PKB patut diapresiasi dan diacungi jempol yang mampu mengantarkan PKB menjadi salah satu partai politik yang ikut mewarnai perjalanan politik nasional.
Sekaligus menjadi kebanggan tersendiri bagi kader PKB dan Jam`iyah Nahdliyin, sebagai wujud pengabdian untuk tetap menjaga dan merawat ibu pertiwi, dan meneruskan gagasan besar Gus Dur sebagai Guru Bangsa dan Deklarator PKB.
Hal ini tidak terlepas dari Kematangan spiritual, emosional dan kecerdasan yang mumpuni, menjadi satu kesatuan potret Cak Imin, sebagai sosok politisi dari kalangan santri, yang telah menjadi ‘epicentrum’ politik Jam`iyah Nahdliyin menggantikan posisi Gus Dur yang tentu dengan segala kekurangannya.
Dengan demikian, kesuksesan PKB saat ini, selain karena faktor Nahdlatul Ulama, juga karena sosok seorang Cak Imin yang bertangan dingin dalam memimpin PKB sebagai partai yang harus mampu menebar kebaikan dan kemanfaatan, namun juga akan menyengat dan menggigit siapa saja yang menganggunya sebagaimana simbol lebah yang ada pada simbol logo Harlah ke -21.
Selamat ber Muktamar PKB yang kelima di Nusa Dua, Bali, 20 – 22 Agustus 2019. Mari merawat dan melayani ibu pertiwi, politik kebaikan dan kemanfaatan, dan sengatan bagi yang menganggu. (*)
Catatan: tulisan ini telah terbit di Tribun Timur edisi cetak, Selasa (20/08/2019)