OPINI
OPINI - Berkurban Sebagai Bentuk Keikhlasan
Idul Adha ini sungguh adalah momentum yang tepat mengambi hikmah akan makna ikhlas sebagai hamba sebenar-benarnya hamba.
Inilah puncak ketaatan seorang anak kepada ayahnya sekaligus kepada Allah, Sang Pencipta. Keduanya berserah diri pada kehendak Allah.
Baca: Maling Bobol Kantor Dispora Tana Toraja, Uang Ratusan Juta Uang Raib
Dua manusia pilihan pun ini beranjak menuju tempat pelaksanaan ketaatan atas perintah Allah.
Ismail tanpa takut dan bersedih berbaring di atas batu dengan tenang berserah layaknya hewan yang akan disembelih.
Pisau yang tajam telah dihunus. Persis tatkala kulit leher Ismail akan tertebas Allah berseru "Wahai Ibrahim, engkau telah membenarkan mimpi itu."
Maksud perintah telah tercapai dengan kesungguhan Ibrahim melaksanakan wahyu dalam mimpinya.
Dengan kasihnya yang melimpah kepada dua nabi yang ikhlas ini, Allah menggantikan kurbannya dengan domba yang besar.
Begitulah syariat berkurban selama 3 hari berturut-turut, sejak 10 dzulhijjah tersebut lalu dilakoni umat Rasulullah Muhammad SAW.
Sebagai bentuk ummat belajar pada keikhlasan, ketakwaan dan tawakalnya keluarga Ibrahim.
Ia memberikan asupan pengetahuan bagaimana ketaatan tertinggi adalah mengurbankan ego duniawi, kecintaan duniawi kita demi ketakwaan kepada satu-satunya sesembahan yang menciptakan dan memberikan penghidupan.
Baca: Polres Enrekang Sembelih 23 Ekor Hewan Kurban
Dalam dimensi sosialnya, daging kurban yang sudah disembelih dibagikan keseluruh pelosok negeri, disampaikan kepada mereka kaum miskin yang mungkin hanya punya kesempatan sekali setahun menikmati santapan daging lezat.
Idul Adha ini sungguh adalah momentum yang tepat mengambi hikmah akan makna ikhlas sebagai hamba sebenar-benarnya hamba. Wallahu ahlam bissawab. (*)
Catatan: tulisan ini telah terbit di Tribun Timur edisi cetak, Senin (12/08/2019)