Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

TRIBUNWIKI

TRIBUNWIKI: Awal Mula Julukan 'Fuhrer' Pada Hitler, Simak Sejarahnya

Siapa yang tidak mengenal Hitler? Adolf Hitler adalah seorang politisi Jerman dan ketua Partai Nazi kelahiran Austria.

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Suryana Anas
Grid.ID
Adolf Hitler 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Siapa yang tidak mengenal Hitler?

Adolf Hitler adalah seorang politisi Jerman dan ketua Partai Nazi kelahiran Austria.

Tepat pada tanggal ini 2 Agustus, ia dijuluki sebagai Fuhrer.

Baca: TRIBUNWIKI: Sejarah Bendera Merah Putih, Kebanggaan Indonesia

Baca: TRIBUNWIKI: Pebulutangkis Taufik Hidayat Diperiksa KPK Terkait Dana Hibah Koni, Ini Profilnya

Baca: TRIBUNWIKI: Bring The Soul: The Movie Tayang 7 Agustus 2019, Ini Sinopsis, Trailer, dan Bioskopnya

Dilansir dari Kompas.com, kerumunan orang terlihat memadati sebuah gedung pertemuan sembari bertepuk tangan.

Di tengah keramaian itu, seorang pemimpin berdiri dan memberikan orasi.

Saat pidato, calon pemimpin Jerman itu terlihat mengepalkan kedua telapak tangan di depan tubuhnya.

Pada 30 Januari 1933 adalah tanggal di mana Kanselir Jerman, Adolf Hitler memberikan pidato pertama kali pasca-terpilih.

Hitler memang dikenal sebagai pembicara yang karismatik.

Ia dapat menyalurkan ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah pasca-perang.

Karisma dan pembawaannya, mampu membantu Partai Buruh Nasional Sosialis Jerman ( NAZI) memenangkan 230 kursi di pemerintahan pada pemilihan umum tahun 1932.

Melansir History, Jumat (2/8/2019), dua tahun kemudian, sosok tersebut menjadi pemimpin absolut Jerman.

Terpilihnya Hitler memegang posisi puncak pemerintahan, didahului oleh peristiwa meninggalnya Presiden Jerman, Paul von Hindenburg.

Sesaat setelah itu, Kabinet Jerman kemudian mengesahkan undang-undang baru mengenai wewenang dan jabatan tertinggi negara.

Kemunculan UU ini menyatukan jabatan kanselir dengan presiden di bawah gelar baru, yakni Führer und Reichskanzler (pemimpin dan kanselir).

Jabatan ini membuat seseorang bisa menduduki dua posisi sekaligus dan tidak terpisah seperti sebelumnya.

Dengan disahkannya UU tersebut, membuat Adolf Hitler yang kala itu masih memegang jabatan sebagai Kanselir, menjadi pemimpin tertinggi.

Tepat pada 2 Agustus 1934, Hitler resmi menyandang gelar Führer atau Pemimpin.

Di bawah kepemimpinannya, Hitler menjanjikan Third Reich di bawah kekuasaannya akan bertahan selama 1.000 tahun kemudian.

Namun, kepemimpinan Nazi runtuh 11 tahun berikutnya. Hitler menyaksikan demo VW(bbc) Hitler sebagai Führer Ketika ekonomi membaik, dukungan rakyat terhadap rezim Hitler menjadi kuat.

Banyak orang mulai memujanya.

Dia bahkan menanamkan ide-ide baru, termasuk ketidaksetaraan ras, serta meninggikan ras Arya di atas suku bangsa lainnya.

Kepemimpinannya dianggap membawa angin segar bagi negara yang baru terpuruk akibat perang itu.

Ternyata, sang Führer juga menyimpan ambisi lain.

Menurut Britannica, hingga awal perang pada tahun 1939, Hitler bersama dengan NAZI menerbitkan berbagai macam hukum dan aturan yang membatasi orang Yahudi di kalangan masyarakat Jerman.

Layaknya gunung es, aturan ini menyimpan potensi mengerikan ke depannya.

Hingga akhirnya, pada 1 April 1939, Hitler menerapkan boikot terhadap bisnis orang Yahudi.

Tak berhenti sampai di situ, partai yang ia pimpin juga memisahkan orang Yahudi dari masyarakat Jerman serta melarang mereka memasuki sekolah dan universitas umum.

Pimpinan tertinggi Jerman itu pun menerapkan zona larangan dan area khusus yang boleh dimasuki oleh orang-orang Yahudi.

Mereka wajib membawa kartu identitas dan kartu khusus dengan stempel "J" untuk menujukkan posisinya di masyarakat.

Bukan hanya orang Yahudi yang mendapatkan tekanan.

Rezim Hitler pun juga menyasar anak-anak berkebutuhan khusus dan cacat fisik.

Selain itu, ia juga mengesahkan program suntik mati bagi orang dewasa berkebutuhan khusus.

Di masa kepemimpinannya, sang Fuhrer juga menganiaya homoseksual.

Tercatat, selama masa kepemimpinannya, pihak berwenang menangkap 100.000 pria.

Mereka dipenjara atau dikirim ke kamp konsentrasi di berbagai wilayah.

Saat Perang Dunia II sedang berlangsung, pandangan Hitler tentang supremasi Jerman memicu kampanye militer yang menghancurkan perbatasan dan seluruh populasi di Eropa.

Gaya Kepemimpinan Hitler

Hitler memimpin NSDAP secara otokratik dengan menerapkan Führerprinzip.

Prinsip ini bergantung pada kepatuhan absolut semua bawahannya kepada pimpinan mereka.

Sehingga ia melihat struktur pemerintahan sebagai sebuah piramida, dengan dirinya—pemimpin mutlak—di puncak.

Pangkat dalam partai tidak ditentukan oleh pemilihan umum—jabatan diisi melalui penunjukkan oleh pangkat yang lebih tinggi, yang menuntut kepatuhan tanpa pernyataan terhadap keinginan sang pemimpin.

Gaya kepemimpinan Hitler adalah memberikan perintah berlawanan terhadap bawahannya dan menempatkan mereka pada jabatan-jabatan tempat tugas dan tanggung jawab mereka saling bertindihan agar "orang yang lebih kuat menjalankan pekerjaannya".

Dengan cara ini, Hitler mendorong saling tidak percaya, persaingan, dan perkelahian di antara bawahannya demi mengonsolidasi dan memaksimalkan kekuasaannya.

Kabinetnya tidak pernah rapat setelah tahun 1938, dan ia meminta para menterinya tidak bertemu secara pribadi.

Hitler biasanya tidak memberi perintah tertulis, ia memberitahunya secara verbal atau disampaikan melalui rekan dekatnya, Martin Bormann.

Ia memercayakan semua dokumennya, penunjukannya, dan kekayaan pribadinya ke Bormann dan Bormann memanfaatkan jabatannya untuk mengendalikan arus informasi dan akses ke Hitler.

Hitler secara pribadi membuat semua keputusan militer besar.

Sejarawan yang menilai kinerjanya setuju bahwa setelah awal yang kuat, ia semakin tidak fleksibel setelah 1941 sehingga ia menyia-nyiakan kekuatan militer yang dimiliki Jerman.

Sejarawan Antony Beevor berpendapat bahwa saat perang pecah, "Hitler adalah pemimpin yang terinspirasi, karena kejeniusannya terletak pada menilai kelemahan orang lain dan memanfaatkan kelemahan tersebut."

Akan tetapi, sejak 1941 sampai seterusnya, "ia menjadi sangat sklerotik. Ia tidak mengizinkan kemunduran atau fleksibilitas dalam bentuk apapun di antara komandan lapangannya, dan hal tersebut sangat menghancurkan."

Sumber berita: https://internasional.kompas.com/read/2019/08/02/13004271/hari-ini-dalam-sejarah-2-agustus-1934-saat-hitler-dapat-julukan-fuhrer?page=all

Baca: Ternyata Inilah Merek Ponsel Dipakai Presiden Jokowi, Berapa Harga Smartphone? Bandingkan Punyamu

Baca: LIVE STREAMING dan Jadwal Tanding 4 Wakil Indonesia di Thailand Open 2019,Marcus/Kevin Hadapi Jepang

Baca: Istri Anggota TNI Terciduk Berzina di Kamar Hotel, Beginilah Amukan Sang Suami dan Pengakuan Pelaku

Baca: Ingat Mario Teguh? Lama Menghilang dari TV, Lihat Cara Dia Dapatkan Uang Kini dan Doa Ario Kiswinar

Baca: Rekrutmen PPKL Kementerian Koperasi dan UKM Lulusan S1,Cek Syarat & Lokasi Penempatan, Daftar Online

Langganan Berita Pilihan 
tribun-timur.com di Whatsapp 
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

Baca: Senang Nonton Film Bokep, Pria Beristri 5 Ini Lampiaskan Nafsu ke Anak Kandung hingga Lebih 50 Kali

Baca: Amalan-amalan Saleh yang Dapat Dilakukan di Bulan Dzulhijjah,Bolehkah Potong Kuku Sebelum Berkurban?

Baca: Agung Hercules Meninggal Dunia, Terungkap Nama Asli Pria 42 Tahun Itu dan Penyebab Wafat

Baca: Prada Deri Pramana Akhirnya Menangis, Sempat Merokok dan Makan Usai Mutilasi Vera Oktaria Sang Pacar

Baca: Bali United Unggul 1-0, Pilar PSM Bertumbangan, 2 Pemain Cedera, 2 Pemain Kartu Merah, Siapa Saja?

Baca: LENGKAP Harga dan Spesifikasi Oppo K3, Xiaomi Redmi 7A, Vivo Y15, Samsung Galaxy M30 & A80, Realme X

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved