OPINI
OPINI - Solusi Mahalnya Harga Tiket Pesawat
Ternyata harga tiket pesawat ke luar negeri justru lebih murah. Ini bisa dicoba dengan menggunakan aplikasi Online Travel Agency (OTA).
Tak bisa diingkari bahwa membangun infrastruktur butuh anggaran besar. Termasuk pula infrastruktur industri penerbangan.
Karena itu konstitusi jelas mengatur bahwa sama halnya bumi, air, dan kekayaan alam lainnya, segala hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Karena itu pula wacana mengundang maskapai asing, perlu ditimbang dengan neraca konstitusi secara matang sebelum diterima atau ditolak.
Baca: Sulsel Darurat Narkoba, BNN Janji Miskinkan Bandar
Kenaikan drastis harga tiket pesawat saat ini dinilai sebagai paradoks. Mengingat tahun-tahun sebelumnya tidak pernah terjadi.
Pertanyaannya apakah benar terjadi peningkatan yang sangat massif untuk pembangunan infrastruktur industri penerbangan kali ini?
Ataukah peningkatan kualitas layanan yang sangat signifikan, sehingga logika kenaikan harga tiket pesawat bisa diterima nalar?
Selain itu apakah terjadi kenaikan avtur, salah satu komponen biaya variabel dalam operasional yang sangat berpengaruh terhadap kenaikan harga? Jawabannya tentulah tidak.
Selain itu dengan mengkomparasikan harga tiket luar negeri, maka akan mudah menjawabnya.
Ternyata harga tiket pesawat ke luar negeri justru lebih murah. Ini bisa dicoba dengan menggunakan aplikasi Online Travel Agency (OTA).
Murahnya tiket pesawat di luar negeri salah satunya tidak bisa dilepaskan dari kemampuan manajerial perusahaan untuk inovatif dan kompetitif.
Baca: Demi Elpiji 3 Kg, Warga Bontoramba Jeneponto Rela Antre Hingga Larut Malam
Perusahaan mampu memangkas biaya-biaya yang tidak perlu.
Pada persoalan mengundang maskapai asing di satu sisi memang menguntungkan. Khususnya di sisi konsumen.
Namun melihat kondisi negara yang sisi produksinya masih rendah maka liberalisasi industri penerbangan sama dengan deindustrialisasi. Membunuh produsen lokal.
Namun demikian jangan sampai pula proteksi yang diberikan membuat produsen menjadi manja. Merasa dilindungi.
Tak ada kompetisi sehingga tak tercipta inovasi. Apalagi membuat produsen seenaknya menentukan harga.