OPINI
Merayakan Ramadan sebagai Bulan Lintas Iman
Kehadiran Ramadan sebagai bulan yang mulia bagi umat Islam justru memberi warna baru dalam relasi antar iman di Indonesia.
Eksklusivisme agama memungkinkan tumbuhnya prejudice atas agama yang lain dikarenakan tidak ada ruang bagi penganut iman yang berbeda untuk bertemu dan saling mengetahui.
Buka puasa lintas iman meski terlihat sederhana adalah sebuah upaya menghadirkan ruang-ruang lintas iman bagi iman yang berbeda. Pertemuan antara penganut iman yang berbeda memungkinkan mereka merasakan pengalaman lintas iman yang selama ini tidak pernah mereka rasakan.
Setidaknya, ada tiga level penting bagi masyarakat yang multi-faith yakni; Pemahaman Lintas Iman, Pengalaman Lintas Iman dan juga Kerjasama Lintas Iman. Ketiga hal ini tidak akan pernah bisa terjadi jika ruang untuk bertemu itu tertutup. Beruntunglah karena bulan Ramadan dapat menjadi momentum membangun ruang temu lintas iman tersebut.
Penting untuk membangun kesadaran bahwa, iman yang baik bukanlah iman yang tertutup dan menutup diri pada yang berbeda. Atau bahkan mengisolasi iman yang berbeda. Hal itu dengan sangat jelas ditunjukkan Sang Nabi saat pertama kalinya beliau hijrah ke Madinah melalui Piagam Madinah. Nurcholish Madjid (2004) menyebutkan bahwa, sebagaimana yang termuat dalam Piagam Madinah, negara-bangsa didirikan atas dasar penyatuan seluruh kekuatan masyarakat menjadi bangsa yang satu tanpa membeda-bedakan antara kelompok keagamaan yang ada. Kaum Yahudi adalah satu ummah bersama kaum beriman. Yahudi punya hak sepenuhnya atas agama mereka, dan Muslim punya hak sepenuhnya atas agama mereka.
Apa yang telah ditunjukkan Nabi seharusnya dapat menjadi contoh dan pedoman bagi kita untuk bernegara. Sebagai bangsa Indonesia, iman yang berbeda adalah fakta sosial yang seharusnya tidak menjadi penghalang bagi kita untuk bersama. Pertemuan-pertemuan lintas iman menjadi penting untuk digalakkan guna mencegah semakin menguatnya kecendrungan eksklusivitas keberagaman.
Kita beruntung karena Ramadan membuka ruang-ruang bertemu itu menjadi mungkin. Merayakan Ramadan sebagai bulan lintas iman menjadikan Ramadan sebagai bulan pemersatu bagi iman yang berbeda. Ramadan menjadi bulan di mana Muslim merayakannya sebagai bulan Ibadah dan bagi non-Muslim sebagai bulan untuk mencoba memahami dan mengenal lebih dekat tentang Islam. Wallahu A’lam bi as-Sawwab.(*)
Catatan: tulisan ini telah terbit di Tribun Timur edisi cetak, Kamis (30/05/2019)