OPINI
OPINI - Mengguritanya Pengemis di Kampus Peradaban
Penulis adalah Koordinator Kaderisasi FLP Ranting UIN Alauddin Makassar
Bukan hanya itu, jika tidak diberi uang aktivitas meludahi tak segan-segan dilakukan. Sudah banyak yang jadi korban, utamanya mahasiswa UINAM yang suka nongkrong di masjid kampus.
Baca: Tangkal Paham Radikal, Nahdlatul Ulama Safari Ramadan di Gowa
Bagi saya hal tersebut adalah perkara yang sangat urgen. Tapi, kita juga tidak semerta-merta menyalahkan si pengemis.
Sebab motif mereka berlaku demikian kita belum bisa memastikannya ia terpaksa, dipaksa atau karena memang malas.
Tapi, kalau penulis sendiri, jika ada yang meminta-minta saya tidak pernah memberi kalaupun memberi lihat dulu orangnya (bukan pelit atau tidak mau berbagi yah).
Tapi saya merasa bahwa dengan memberi adalah cara sistemik membuat si pengemis kian malas dan semakin menggurita.
Jika ini terus berlanjut produktivitas Indonesia akan mengalami kemerosotan, menambah pengangguran dan memperburuk ekonomi.
Sebab, jika melihat si pengemis masih banyak yang memiliki kemampuan fisik prima, kekar dan masih mampu untuk bekerja.
Predikat pengemis dianggap telah merusak nama baik agama. Bisa kita lihat kebanyakan pengemis adalah dia yang di KTP-nya berstatus Islam.
Baca: Kacabjari Rantepao Toraja Utara Buka Puasa Bersama
Baca: Remas JNB Gelar Festival Anak Muslim, Berikut Jenis Lombanya
Persoalan kemiskinan, memang perkara yang tidak pernah selesai dari tahun ke tahun.
Kejadian di atas adalah suatu kewajaran, dimana sistem kita yang menganut sistem demokrasi-kapitalisme.
Maka yang memainkan percaturan kehidupan adalah dia jika berduit dan jika tidak berduit maka si dia akan terpinggirkan.
Jika kita melihat fakta yang ada penyelesaian persoalan pengemis bukan hanya dengan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada masyarakat.
Buktinya pengemis malah semakin bertambah dan berkembang biak.
Selalu ada saja kalangan masyarakat yang malas, nakal, melanggar dan tidak peduli hukum yang berlaku.
Problem sosial ini tidak hanya diselesaikan dengan edukasi semata.