Cerita Imam Rawatib di Makassar Sekolahkan Anak hingga S2, Honornya Segini
Lahamuddin mengaku resmi ditunjuk sebagai rawatib pada Tahun 1996 oleh SK yang diterbitkan pengurus Masjid Al-Abrar.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Ansar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ustadz Lahamuddin K SAg, sudah 23 tahun mengabdikan diri sebagai imam rawatib di Masjid Besar Jami' Al Abrar Gunungsari Baru, Jl Sultan Alauddin, Makassar.
Ditemui Rabu (15/05/2019) sore usai salat ashar, ayah enam orang anak ini bercerita tentang kisah hidupnya menjadi imam rawatib atau imam tetap.
Lahamuddin mengaku resmi ditunjuk sebagai rawatib pada Tahun 1996 oleh SK yang diterbitkan pengurus Masjid Al-Abrar.
Menurutnya, penunjukan itu didasari atas dedikasinya sebagai remaja masjid beberapa tahun sebelum ditunjuk menjadi imam.
"Awalnya saya disini hanya remaja masjid pada tahun 1987, kemudian berproses sebagai remaja masjid dan pada tahun 1996 baru di SKkan sebagai imam masjid," kata Lahamuddin mengawali ceritanya.
BPJS Ketenagakerjaan Toraja Utara Serahkan Santunan Kecelakaan Kerja Senilai Rp 754 Juta
Festival Patungan Untuk Berbagi akan Diramaikan Merchant GrabFood di Makassar
Saat resmi ditunjuk sebagai imam, Lahamuddin mengaku bertahan hidup tampa gaji tetap.
"Terus waktu itu, panitia memberikan semacam pembeli sayur lah kalau habis hitung celengan," kata Lahamuddin.
Beberapa tahun kemudian, Lahamuddin yang masih remaja telah dipercaya sebagai imam masjid, akhirnya mengakhiri masa lajang dengan mempersunting gadis pilihannya.
Ia pun berkeluarga.
Melihat Lahamuddin yang telah berkeluarga, pihak pengurus masjid pun berinisiatif memberinya tunjangan tetap tiap bulan.
Tunjangannya tidak seberapa, Rp 1,2 juta per bulan.
"Melihat saya berkeluarga, pihak pengurus masjid sepakat memberikan tunjangan, Rp 1,2 juta, kalau tidak salah mulai tahun 1999 dan baru tahun kemarin naik Rp 1,5 juta per bulan," terangnya.
Tunjangan yang pas-pasan itu tidak hanya digunakan Lahamuddin untuk keperluan pribadinya mengurus keluarga.
Melainkan, ia juga menggunakan tunjangan yang diperoleh untuk membina tiga orang remaja masjid binaannya.
Sindikat Guru Pemalsu Penelitian Kena OTT Polisi di Gowa
"Tunjangan Rp 1,2 juta itu saya gunakan juga untuk biaya tiga remaja yang saya bina, jadi kita tiap hari makan sama-sama," ujarnya.
Waktu terus berjalan, Lahamuddin yang telah mempunyai seorang istri juga telah dikaruniahi anak.
Dengan penghasilan yang terbilang pas-pasan, pria asal Kabupaten Gowa ini terus bertahan menjadi imam.
Untuk menambah penghasilannya, ia bersama sang istri pun berinisiatif membuka warung kecil di perumahan masjid yang ia tinggali.
Lokasinya tepat di belakang masjid atau sisi selatan masjid.
Skor 2-0, Live Streaming iNews TV Persija Jakarta vs Shan United Via meTube.id Tanpa Buffer di Sini
Dari tunjangan yang diperoleh itu, ditambah dari hasil jualan barang campuran di perumahan dinasnya, ia pun sukses menyekolahkan enam orang anaknya.
Sembari mengeyam pendidikan di bangku sekolah, anak Lahamuddin yang berbakti juga ikut membantu perekonomian kedua orangtuanya dengan menjadi guru ngaji privat.
"Anak-anak saya itu cukup berbakti, mereka sementara sekolah juga bantu-bantu saya dengan menjadi grunganji privat. Lumayan hasilnya Rp 300 ribu dia gunakan untuk keperluan sekolahnya," cerita Alumni Fakuktas Tabiyan IAIN Makassar atau UINAM Tahun 1995 ini.
Meski demikian, tidak jarang Lahamuddin mengaku kekurangan saat diminta biaya sekolah anaknya.
Ia pun terpaksan menjual asetnya di kampung halaman untuk menutupi biaya sekolah anaknya.
"Kalau dibilang cukup tidak juga, saya pernah jual dua ekor sapiku di kampung untuk biaya kuliah anakku. Karena penidikan dan agam sudah menjadi prinsip hidup saya," kenangnya.
Suara Partai Dapil I Sulsel DPRD Sulsel, Simak Berikut Ini
Wal hasil, satu diantara ke enam anaknya sukses menyabet gelar starata dua atau S2 di salah satu kampus terkemuka di Makassar.
"Satu (anak saya) sementara S2, satunya sementara S1 juga di Stie Nobel, satunya sementara sarjana, dua orang baru mau masuk tsanawiyah sementara satunya di tahfiz quran," ungkap Lahamuddin.
Menurut Lahamuddin, meski terbilang hidup dalam kesederhanaan, menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi adalah dambaan setiap orangtua.
"Kesederhanaan itu ketika kita ikhlas menjalani insyaAllah berkah, dan ketika keberkahan itu ada, akan selalu ada jalan keluar disetiap kesusahan yang kita alami," terangnya.
Terbesit harapan Lahamuddin agar bagaimana Kementrian Agama juga dapat fokus untuk mengawal kesejahteraan para imam rawatib.
Jalin Silaturahmi Mitra dan Karyawan, Kalla Kars Buka Puasa Bersama di Hotel Amelia
"Ya kalau bisa Kemenag juga perhatikan kesejahteraan para remaja masjid dan imam masjid, karena ini kelak yang akan terus menyebarkan syiar-syiar Islam," harapnya.
Dalam perjalanannya, Lahamuddin yang juga Kordinator IMMIM Keccamatan Tamalate Makassar ini, kini juga dipercaya sebegai pimpinan Lembaga Pembinaan Masjid dan Dakwah (LPMD) Kota Makassar, yang berafiliasi dengan IMMIM.
Di LPMD, Lahamuddin fokus melahirkan kader-kader yang kelak menjadi muballigh, imam dan remaja masjid. (*)
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:
Follow juga Instagram Tribun Timur: