Tiket Pesawat Mahal, Akademisi Unhas Bilang Begini ke Pemerintah
Akademisi Unhas, Anas Iswanto Anwar Makatutu menilai, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi harus lebih berani mengambil kebijakan.
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Ansar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Masih mahalnya harga tiket pesawat memancing kekecewaan masyakarat.
Apalagi mereka yang ingin mudik menggunakan pesawat.
Akademisi Unhas, Anas Iswanto Anwar Makatutu menilai, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi harus lebih berani mengambil kebijakan.
Kebijakan tersebut ialah dengan menurunkan tarif batas atas tiket pesawat.
Sebab hal itu diyakini akan membuat maskapai menurunkan harga tiketnya.
"Tarif batas atas masih terlalu tinggi dan belum untungkan konsumen. Jangan sampai wibawa pemerintah turun akibat tidak mampu mengurus hal ini," ujar Anas yang dihubungi, Senin (13/5/2019).
Harga Tiket Pesawat Naik, Penumpang Pelni di Makassar Naik 61%
Harga Tiket Pesawat Turun, Aktivitas di Bandara Sultan Hasanuddin Masih Sepi
Anae mengatakan, naiknya harga tiket pesawat sudah terasa pada sektor lain, seperti hotel, restoran, makanan minuman, dan jasa penunjang pariwisata lainnya.
Bila dibiarkan, dikhawatirkan akan memicu gelombang PHK pada sektor pariwisata.
Berdasarkan data BPS Sulsel, jumlah total penumpang penerbangan domestik yang datang, berangkat dan transit mengalami penurunan secara tahunan atau year on year (yoy).
Dimana Maret 2019 di angka 829.320 penumpang. Turun 21,26 persen dari Maret tahun lalu di angka 1.053.220 penumpang.
Pun secara periode atau year to date. Dimana selama Januari-Maret 2019 ada sekitar 2.463.260 penumpang, angka itu turun 18,89 dari periode yang sama tahun lalu di angka 3.036.830 penumpang.
Di saat yang sama, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Sulawesi Selatan pada Maret 2019 turun 0,46 poin dibandingkan dengan TPK pada Februari 2019, yaitu dari 45,68 persen pada Februari 2019 menjadi 45,22 persen pada Maret 2019.
Opick Bawa Rambut Nabi Muhammad, Krishna Murti Bandingkan dengan Ponari Dukun Cilik:Hati-hati Syirik
Selaras bila dibandingkan dengan Maret 2018, TPK hotel Klasifikasi bintang pada bulan Maret 2019 turun 4,07 poin dimana pada bulan Maret 2018 sebesar 49,29 persen.
Sebagai penguasa pasar penerbangan di Indonesia, Garuda Indonesia dinilai kunci utama turunnya harga tiket pesawat.
Bila Garuda mau menurunkan harga tiketnya, diyakini maskapai lain juga akan melakukan hal yang sama demi menjaga persaingan.
"Menteri Perhubungan seolah tidak punya kuasa untuk intervensi harga, baik melalui regulasi maupun kerja sama dengan BUMN. Faktanya pemain dominan di sektor penerbangan adalah Garuda yang notabene BUMN," kata Anas.
"Tidak perlu menunggu Garuda menurunkan hanrganya. Buat aturan sesegera mungkin. Ini sudah berlarut-larut dan belum ada solusinya," kata ketua prodi S3 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas itu.
"Hanya itu yang bisa. Maskapai tidak dengar kalau masyarakat yang teriak-teriak. Toh sudah lama dan bukti terganggu bisnis lain juga turun," kata Anas menambahkan.
PERINGATAN DINI! Ada Sirkulasi Siklonik, Waspada Cuaca Ekstrem di 18 Provinsi Besok 14 Mei 2019
Tak pengaruhi trafik Mudik
Akademisi Unhas, Anas Iswanto Anwar Makatutu mengatakan, mudik jauh lebih kepada budaya. Yang menjadi keharusan dan gengsi.
"Kalau di Sulsel naiknua harga tiker tidak ngaruh kepada kelompok menengah ke atas. Namun, memang biaya tiket tidak ngaruh, yang berpengaruh pada biaya lain-lain," ujar Anas.
"Biaya lain itu mungkin mengurangi oleh-oleh dan THR lebaran. Dan masyarakat sudah antisipasi kalau harga tiket pasti naik menjelang Lebaran," jelas Anas menambahkan.(tribun-timur.com)
Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, @fadhlymuhammad
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:
Follow juga Instagram Tribun Timur: