Terungkap Hubungan Siti Zulaeha Djafar hingga Dibunuh Wahyu Jayadi, Rektor Cerita Sifat Pelaku
Tim gabungan Forensik, Identifikasi, DVI Dokpol, Resmob Polda Sulsel dan Polres Gowa, mengungkap kronologis kasus pembunuhan Siti Zulaeha Djafar
Almarhumah Ela adalah Sarjana Teknik Elektro di UNM, dan mulai jadi PNS pada masa kerabatnya dari Sinjai, Prof Dr Arismunandar menjabat Rektor UNM.
Dari hasil pra-rekonatruksi, interogasi pelaku selama 8 jam sert olah locus de'licti (TKP) di halaman Ruko gudang tua di Kompleks Zarindah Pattalassang, Gowa, terungkap terjadi pertengkaran dan perlawan sengit dan emosional sebelum kematian Ela.
Pelaku mencekik, memukul, dan mempiting leher korban.
Baca: Usai Bunuh Siti Zulaeha, Wahyu Jayadi Sempat Pura-pura Melayat, Dibekuk di Halaman RS Bhayangkara
Sedangkan korban, sempat meronta, mencakar dan mempertahankan diri sebelum meninggal dalam kondisi lemas di jok depan mobil milik suaminya, Daihatsu Terios Biru tua DD 1470 AM.
Motif pertengkaran oleh polisi disebut persoalan pribadi dan korban disebut sudah terlalu jauh mencampuri urusan pekerjaan pelaku.
Tidak dirinci apa persoalan pribadi itu.
Rektor UNM Prof Dr Husain Syam menyebut, keduanya beda bagian tugas, namun pekerjaannya terkait satu sama lain.
Makanya, kata Prof Dr Husain Syam, "mereka kerja di satu lantai, beda ruangan."
Terangkat jadi PNS tahun 2015, korban adalah staf penata muda golongan III/b di bagian rumah tangga di Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian (BAUK) UNM.
Tugas khususnya adalah bagian teknis sarana dan prasarana kampus.
Urusan dosen, pegawai, mahasiswa dan semua aktivitas teknis kampus bidang akademik, penelitian dan pengabdian masyarakat jadi urusan bagian korban.
Sementara pelaku sudah hampir empat tahun menjabat di biro pengabdian masyarakat, sebagai sekretaris UPT KKN (2015 hingga 2018) dan September 2018 lalu dilantik sebagai Kepala UPT KKN.
Tugasnya membagi wilayah pengabdian mahasiswa KKN dan pembimbing, serta memastikan sarana dan prasarana KKN sekitar 1000-an mahasiswa tiap semester berjalan mulus.
"Anaknya baik, kerjanya tuntas, posturnya juga atletis dan selalu rapi," kata Rektor UNM yang mengaku kerap jalan dinas ke lokasi KKN di 24 kabupaten/kota di Sulsel dan 5 kabupaten/kota di Sulbar.
Pelaku selesai sebagai sarjana olahraga tahun 1998.