Guru Besar UMI Hampir Menangis, Tahu Ketua PPP Ditangkap Karena Korupsi
Salah satu isu yang diangkat dan dibahas dalam Forum Dosen Makassar di Redaksi Tribun Timur, adalah kasus penangkapan Romy oleh tim penyidik KPK.
Penulis: Darul Amri Lobubun | Editor: Hasrul
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Guru Besar Hukum kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI), Prof Muin Fahmal hampir menangis, tahu Romahurmuziy ditangkap.
"Itu saya hampir menangis," ungkap Prof Muin, saat bersama Forum Dosen diskusi di ruang rapat Redaksi Tribun Timur, Kota Makassar, Sulsel, Rabu (20/3/2019).
Baca: Hari Kebahagiaan Internasional, Swiss-Belhotel Makasar Gelar Donor Darah
Baca: 17 Pemain Akademi PSM Belajar Filanesia di Depok Hingga 23 Maret
Prof Muin hampir menangis, karena dia mengaku tahu persis perjalanan Ketua PPP Romahurmuziy saat menapaki jejak tokoh mahasiswa, masa Reformasi 1998, dulu.
"Saya tahu persis seorang Romahurmuziy ini, dia merupakan satu tokoh mahasiswa pada masa Reformasi 98, dia menentang korupsi tapi sekarang beda," kata Muin.
"Ya sekarang beda, karena hampir semua seperti Romy (sapaan Romahurmuziy), itu ada Anas Urbaningrum ditangkap karena kasus yang mereka tentang," lanjut Muin.
Baca: Yuk Liburan ke Air Terjun Lengang Maros, Suasananya Aman untuk Liburan
Seperti diketahui, Romy ditangkap tangan penyidik KPK di kantor Kemenag Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim), Jumat (15/3/2019) karena diduga keterlibatan kasus korupsi.
Salah satu isu yang diangkat dan dibahas dalam Forum Dosen Makassar di Redaksi Tribun Timur, adalah kasus penangkapan Romy oleh tim penyidik KPK di Jatim.
Menurut Muin Fahmal soal perpolitikan di Indonseia saat ini perlu ada yang diubah dan diperbaiki, karena perpolitikan bangsa sangat menentu moral bangsa Indonesia.
"Saya berpendapat karena nilai Budaya di Indonesia sudah dicorengkan dan menjadi kepentingan partai. Sehingga partai tidak membentuk kader lagi," jelas Prof Muin.
Maksud Prof Muin, Partai politik sekarang tidak lagi membentuk seorang kader, tapi mencari kader yang memiliki investasi atau modal besar untuk pertarungan politik.
"Maka dari itu sederhanakanlah partai, dan pemerintah harus membiayai. Agar nanti partai yang dibiayai bisa diaudit, dan moral kader bisa terbentuk," tegas Prof Muin.
Sementara itu, akademisi Unhas Dr Azwar Hasan menganggap, partai yang dipimpin Romy merupakan salah benteng terakhir untuk politikal muslim di Indonesia.
Pasalnya, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang dipimpin Romi itu mempunyai nilai yang berasal dari budaya dan agama, juga ketauladanan dalam perpolitikan.
"Saya kira PPP merupakan benteng untuk politikal muslim, budaya politik yang bersih itu tidak tumbuh di partai ini, tapi ini jadi sebuah intervensi politik," kata Azwar.(*)
Laporan Wartawan Tribun Timur, Darul Amri Lobubun
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :
Jangan Lupa Follow akun Instagram Tribun Timur:
Baca: Mahfud MD: Andi Faisal Bakti Dimintai Rp 5 M Agar Jadi Rektor UIN Alauddin, Begini Intervensi Menag
Baca: Jenderal Polisi Komen Soal Mahar Syahrini Rp 40 Miliar, Gini Balasan Istri Reino Barack Itu