Ayah Hendrik Horas Ternyata Murid Bung Hatta, Tiap Hari Bawa Radio Siaran Australia di Pengasingan
Pengusaha Makassar Hendrik Horas berulang kali mengabadikan ucapan selamat datang ini sesaat sebelum kapal sandar di Pelabuhan Banda Neira.
Tahun 1942, Hatta dan Sjahrir kembali ke Batavia (Jakarta).
Buku-buku Hatta kurang lebih 16 peti tinggal di Banda Neira.
Des Alwi yang diangkat jadi anak angkat Hatta dan Sjahrir jadi penjaga buku.
Beberapa tahun kemudian, Des Alwi dipanggil ke Jakarta oleh Hatta membawa buku-bukunya.
Belakangan Des Alwi dikenal sebagai diplomat dan sejarawan.
Des Alwi mengajak sahabatnya Ho Sau Kun (bapak Hendrik Horas).
Mereka berangkat dengan kapal laut milik Belanda.
Namun karena sesuatu dan lain hal, Ho Sau Kun memilih tinggal di Kota Makassar saat kapal sandar di Dermaga Makassar.
"Bapak saya sebelum berangkat ke Batavia punya kapal pencari mutiara. Namun kapalnya tenggelam karena dibom. Dari perjalanan Ambon-Makassar itu terus menjadi kekhawatiran hingga memilih menetap di Makassar. Des Alwi lanjut ke Surabaya dan Jakarta membawa buku Bung Hatta," kenang Hendrik Horas.
Kedatangan Hatta tahun 1973 di Banda Neira disambut haru warga Banda Neira.
Rumah pengasingan Bung Hatta kini jadi cagar budaya.
Dari luar, rumah bercat krim ini tampak bersih.
Sejumlah perabotan yang digunakan Hatta masih terpelihara.
Pengunjung bisa mencoba mesin ketik Bung Hatta.
Meja makan hingga tempat tidur Proklamator RI ini juga tetap terjaga.
Ruangan termasuk meja dan bangku tempat Hatta mengajar putri-putri Banda Neira juga masih rapi hingga kini.(tribun-timur.com)
