Ayah Hendrik Horas Ternyata Murid Bung Hatta, Tiap Hari Bawa Radio Siaran Australia di Pengasingan
Pengusaha Makassar Hendrik Horas berulang kali mengabadikan ucapan selamat datang ini sesaat sebelum kapal sandar di Pelabuhan Banda Neira.
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Welcome to Banda Neira.
Pengusaha Makassar Hendrik Horas berulang kali mengabadikan ucapan selamat datang ini sesaat sebelum kapal sandar di Pelabuhan Banda Neira.
Hendrik Horas menapak tilas kampung kelahiran leluhurnya di Banda Neira setelah 30 tahun.
‘Terakhir saya kesini saat berusia 34 tahun,” kenangnya. Usia owner Rumah Makan Dinar Makassar sekarang 64 tahun.
Selain peninggalan keluarganya, tempat yang dikunjungi Hendrik Horas sesaat setelah tiba di Banda Neira salah satunya rumah pengungsian Bung Hatta dan Bung Sjahrir.
Rumah itu kini jadi cagar budaya dan salah satu spot wisata.
Di depan rumah pengungsian itulah, nenek Hendrik Horas, Ho Koh Cai, mukim.
Ho Koh Cai memasak dan anaknya Ho Sau Kun membawa makanan ke rumah Bung Hatta.
Selama di pengasingan, Belanda tidak membatasi gerak Bung Hatta. Meskipun pengawasan intelijen tetap ada.
Ini dimanfaatkan Bung Hatta mengajar warga.
Ayah Hendrik Horas, Ho Sau Kun, menjadi salah satu murid bersama Des Alwi di tempat Hatta.
"Jadi bapak saya bersama Des Alwi pernah belajar ke Bung Hatta di sini," kata Hendrik Horas.
Kakek Hendrik Horas sebagai saudagar mutiara punya radio, satu-satunya di Banda Naira saat itu.
"Karena pengawasan intel Belanda saat itu, kakek saya sembunyi-sembunyi membawakan radio ke rumah Bung Hatta. Bapak saya cerita, saluran Australia salah satu favorit Bung Hatta kala itu," kenang Hendrik Horas.
Bung Hatta diasingkan di Pulau Banda Neira dari 1936 hingga 1942.
