Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ayah Hendrik Horas Ternyata Murid Bung Hatta, Tiap Hari Bawa Radio Siaran Australia di Pengasingan

Pengusaha Makassar Hendrik Horas berulang kali mengabadikan ucapan selamat datang ini sesaat sebelum kapal sandar di Pelabuhan Banda Neira.

Editor: Mansur AM
TRIBUN-TIMUR.COM/MUHAMMAD ABDIWAN
Hendrik Horas di rumah pengasingan Bung Hatta, Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Kamis (14/3/2019) 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Welcome to Banda Neira.

Pengusaha Makassar Hendrik Horas berulang kali mengabadikan ucapan selamat datang ini sesaat sebelum kapal sandar di Pelabuhan Banda Neira.

Hendrik Horas menapak tilas kampung kelahiran leluhurnya di Banda Neira setelah 30 tahun.

Selamat datang di Banda Neira
Selamat datang di Banda Neira (Tribun Timur)

‘Terakhir saya kesini saat berusia 34 tahun,” kenangnya. Usia owner Rumah Makan Dinar Makassar sekarang 64 tahun.

Selain peninggalan keluarganya, tempat yang dikunjungi Hendrik Horas sesaat setelah tiba di Banda Neira salah satunya rumah pengungsian Bung Hatta dan Bung Sjahrir.

Rumah itu kini jadi cagar budaya dan salah satu spot wisata.

Di depan rumah pengungsian itulah, nenek Hendrik Horas, Ho Koh Cai, mukim.

Ho Koh Cai memasak dan anaknya Ho Sau Kun membawa makanan ke rumah Bung Hatta.

Selama di pengasingan, Belanda tidak membatasi gerak Bung Hatta. Meskipun pengawasan intelijen tetap ada.

Ini dimanfaatkan Bung Hatta mengajar warga.

Ayah Hendrik Horas, Ho Sau Kun, menjadi salah satu murid bersama Des Alwi di tempat Hatta.

"Jadi bapak saya bersama Des Alwi pernah belajar ke Bung Hatta di sini," kata Hendrik Horas.

Kakek Hendrik Horas sebagai saudagar mutiara punya radio, satu-satunya di Banda Naira saat itu.

"Karena pengawasan intel Belanda saat itu, kakek saya sembunyi-sembunyi membawakan radio ke rumah Bung Hatta. Bapak saya cerita, saluran Australia salah satu favorit Bung Hatta kala itu," kenang Hendrik Horas.

Bung Hatta diasingkan di Pulau Banda Neira dari 1936 hingga 1942.

Tahun 1942, Hatta dan Sjahrir kembali ke Batavia (Jakarta).

Buku-buku Hatta kurang lebih 16 peti tinggal di Banda Neira.

Des Alwi yang diangkat jadi anak angkat Hatta dan Sjahrir jadi penjaga buku.

Beberapa tahun kemudian, Des Alwi dipanggil ke Jakarta oleh Hatta membawa buku-bukunya.

Belakangan Des Alwi dikenal sebagai diplomat dan sejarawan.

Des Alwi mengajak sahabatnya Ho Sau Kun (bapak Hendrik Horas).

Mereka berangkat dengan kapal laut milik Belanda.

Namun karena sesuatu dan lain hal, Ho Sau Kun memilih tinggal di Kota Makassar saat kapal sandar di Dermaga Makassar.

Rumah pengasingan Bung Hatta di Banda Neira diabadikan Rabu (13/3/2019)
Rumah pengasingan Bung Hatta di Banda Neira diabadikan Rabu (13/3/2019) (TRIBUN-TIMUR.COM/MUHAMMAD ABDIWAN)

"Bapak saya sebelum berangkat ke Batavia punya kapal pencari mutiara. Namun kapalnya tenggelam karena dibom. Dari perjalanan Ambon-Makassar itu terus menjadi kekhawatiran hingga memilih menetap di Makassar. Des Alwi lanjut ke Surabaya dan Jakarta membawa buku Bung Hatta," kenang Hendrik Horas.

Kedatangan Hatta tahun 1973 di Banda Neira disambut haru warga Banda Neira.

Rumah pengasingan Bung Hatta kini jadi cagar budaya.

Dari luar, rumah bercat krim ini tampak bersih.

Sejumlah perabotan yang digunakan Hatta masih terpelihara.

Pengunjung bisa mencoba mesin ketik Bung Hatta.

Rumah pengasingan Bung Hatta di Banda Neira, Kepulauan Banda, Maluku, Rabu (13/3/2019).
Rumah pengasingan Bung Hatta di Banda Neira, Kepulauan Banda, Maluku, Rabu (13/3/2019). (TRIBUN-TIMUR.COM)

Meja makan hingga tempat tidur Proklamator RI ini juga tetap terjaga.

Ruangan termasuk meja dan bangku tempat Hatta mengajar putri-putri Banda Neira juga masih rapi hingga kini.(tribun-timur.com)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved