OPINI
OPINI - Bahasa Bugis yang Terancam Hilang
Penulis adalah kandidat MA Program Double Major TESOL dan Linguistics Southern Illinois University AS dan Penerima Beasiswa Fulbright Asal Sulsel.
Dengan menguasai bahasa Bugis Sinjai maka penutur dapat tahu budayanya sendiri melalui bahasanya.
Ada banyak konsep-konsep yang tidak dapat sepenuhnya dapat dialihbahasakan ke bahasa lain. Ketika diterjemahkan bisa jadi ada bagian-bagian yang tak utuh.
Maka orang-orang Sinjai yang terlahir sebagai orang Sinjai namun tidak dapat berbahasa Bugis akan kehilangan satu jalan untuk mengenal budayanya, leluhurnya, dan bermuara pada dirinya sendiri.
Hal ini karena mereka tidak lagi memiliki cukup pengetahuan terhadap nilai dan filosofi hidup budayanya sendiri.
Maka tak perlu heran jika banyak generasi kita yang sering mendengar tetapi tidak sepenuhnya mengerti prinsip seperti sipakatau sipakainge, sirui menre’ tessirui no, mallilu sipakainge.
Jadi tak perlu heran jika generasi muda kita tidak lagi memiliki yang tersebutkan tersebut.
Karena mereka tak paham konsep budanya sendiri, tak paham bahasanya sendiri, akhirnya tak paham dirinya sendiri. Ia yang tidak paham dirinya sendiri akan sulit juga memahami orang lain. (*)
Catatan: Tulisan ini telah terbit di Tribun Timur edisi print, Rabu 27 Februari 2019