Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

OPINI - Bahasa Bugis yang Terancam Hilang

Penulis adalah kandidat MA Program Double Major TESOL dan Linguistics Southern Illinois University AS dan Penerima Beasiswa Fulbright Asal Sulsel.

Editor: Jumadi Mappanganro
Arif Balla
Arif Balla 

Ada banyak sekali keuntungan berdasarkan studi ilmiah. Sayang, ruangan ini terlalu sempit untuk menyebutkan seluruhnya.

Baca: Pengamat Dorong DPRD Makassar Panggil Danny Pomanto Soal Video Viral 15 Camat di Makassar

Baca: Area Patung Kuda di Depan Fort Rotterdam Jadi Rebutan dan Bersengketa, Begini Ceritanya

Peran Orangtua
Orangtua –tidak dapat dipungkiri- berperan penting pada tingginya peralihan dari bahasa Bugis ke bahasa Indonesia.

Mereka, terlepas dari kekurangpahaman terhadap bahasa, memutuskan tali regenerasi penutur bahasa Bugis dengan tidak mengajarkan bahasa Bugis pada anaknya, terlepas dari apapun alasannya.

Anak adalah periode terpenting anak belajar dan melestarikan bahasa tetapi di saat bersamaan juga menjadi periode paling mudah melupakan bahasa. Ini kata Kim Potowski, seorang profesor Linguistik di University of Illinois at Urbana-Champaign.

Banyak orang tua yang enggan tidak mengajarkan anaknya bahasa Bugis ketika masih kecil melainkan langsung bahasa Indonesia.

Sering sekali saya menemui ibu atau bapak yang buru-buru mengoreksi ketika anaknya berbahasa Bugis dengan menyebutnya dalam bahasa Indonesia.

Mereka umumnya orang tua muda. Alasannya bisa karena menganggap bahasa Bugis menghambat bahasa Indonesia, tidak menguntungkan secara ekonomi terutama, dan bukan lambang kemajuan.

Kesemua ini tidak didukung studi ilmiah melainkan persepsi saja yang keliru. Persepsi dikonstruksi dalam masyarakat sehingga orang tua sebenarnya tidak salah-salah amat.

Salah satu penelitian saya semester lalu adalah melihat pengaruhi bahasa Bugis (Sinjai) pada bahasa Indonesia. Saya tidak ingin membahasa hasilnya sebab bukan tujuan utama artikel pendek ini.

Poin yang saya garis bawahi adalah menguatkan peran orang tua yang tidak mengajarkan bahasa Bugis sebagai bahasa pertama.

Dari 50 responden, 23 diantaranya mengaku menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama alih-alih bahasa Bugis.

Bisa ditebak, anak kehilangan periode terbaik untuk belajar bahasa Bugis mereka sendiri.

Belajar bahasa Bugis sejatinya tidak sekedar untuk kepentingan berkomunikasi saja. Bahasa adalah identitas diri. Sebuah silsilah yang dapat ditelusuri untuk mengenal diri sendiri dan budaya tempat kita berasal.

“Language is the road map of a culture. It tells you where people come from and where they are going.” (Rita Mae Brown)

Baca: Plt Kadisdukcapil Parepare Dijebloskan ke Lapas Makassar, Ini Dosanya

“Bahasa adalah sebuah peta memahai sebuah budaya. Bahasa akan memberi tahu darimana kita berasal dan ke mana kita akan menuju.” (Rita Mae Brown, seorang penulis kenamaan New York Times).

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Kajili-jili!

 

Kajili-jili!

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved