Pilpres 2019
Blunder Selama Debat Kedua Pilpres 2019, Jokowi Disebut Punya Data Keliru, Prabowo 'Gagap' Unicorn
Dua Calon Presiden, baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto dinilai sama-sama memiliki blunder selama Debat Capres 2019
Selama pemerintahan Jokowi, memang pemerintah telah lebih tegas dalam menindak pembalakan liar tetapi belum maksimal.
"Belum ada putusan yang dieksekusi pengadilan,"kata Adhityani.
Iqbal mengungkaopkan hal yang sama. ia menambahkan, di Papua, kjerugian karena poembalakan liar mencapai Rp 1,6 triliun.
Dalam isu yang lain, yaitu pencemaran, Jokowi juga masih belum berhasil karena hanya 13 kasus yang tertangani dalam 3 tahun.
Prabowo Gagap 'Unicorn'
Sementara itu, gagap 'Unicorn' dianggap menjadi blunder Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto.
Jokowi sempat bertanya kepada Prabowo, "Infrastruktur apa yang akan Bapak bangun untuk dukung pengembangan 'Unicorn-Unicorn' Indonesia?"
Baca: VIDIO: Millenial Road Safety Festival di Lapangan Merdeka Sengkang
Baca: Polres Tana Toraja Tak Kenal Hari Libur Bubarkan Judi Sabung Ayam

Mendengar pertanyaan tersebut, Prabowo justeru balik bertanya. "Yang Bapak maksud Unicorn? Unicorn? Yang internet itu ya?" tanya Prabowo.
Dikutip dari Kompas.com, Unicorn adalah sebutan bagi start up alias perusahaan rintisan yang bernilai di atas 1 miliar dollar AS atau setara Rp 14 triliun (kurs Rp 14.000 per dollar AS).
Prabowo pun menanggapi bahwa pengurangan regulasi merupakan langkah yang tepat saat ini, mengingat usaha start up digital berkembang sangat pesat di Indonesia, sehingga regulasi akan dibuat lebih sederhana.
"Saya menyambut baik dinamika bisnis tersebut, ini membuka peluang yang besar bagi kita," kata Prabowo.
Namun, Prabowo Subianto khawatir perkembangan Unicorn justru mempercepat larinya dana asal Indonesia ke luar negeri.

Kata Prabowo, ada segelintir orang di Indonesia yang menguasai kekayaan dalam negeri.
“Terjadi suatu disparitas, segilintir orang kurang dari 1 persen menguasai lebih dari setengah kekayaan kita,” ujar Prabowo dalam debat capres Pilpres 2019, Minggu (17/2/2019).
Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu menilai, perkembangan teknologi juga berdampak buruk bagi Indonesia.