Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Awal 2019, 10 Orang Meninggal Dunia Akibat DBD

Dari data Dinas Kesehatan Sulsel, kabupaten Pangkep tercatat yang paling banyak angka kematiannya akibat DBD, yakni 5 orang, Makasssar 1 orang,

Penulis: Saldy Irawan | Editor: Nurul Adha Islamiah
Ansar
Seorang anak dari Barandasi, Kecamatan Lau, Mikaila dirujuk ke RSUD Salewangang, Maros, lantaran menderita DBD. Saat dirawat, Mikaila didampingi ibu kandungnya, Rosmayanti. 

Laporan wartawan Tribun-Timur, Saldy

 TRIBUN-TIMUR.COM,MAKASSAR - Awal tahun 2019 ini, tercatat 10 orang meninggal dunia akibat penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD).

Dari data Dinas Kesehatan Sulsel, kabupaten Pangkep tercatat yang paling banyak angka kematiannya akibat DBD, yakni 5 orang, Makasssar 1 orang, Maros 1 orang, Soppeng 2 orang, Wajo 1 orang.

"Pangkep yang banyak, dari total 10. Ini tentu jadi keprihatinan kita untuk harus mewaspadai," kata Plt Kadis Kesehatan Sulsel, Dr dr Bahtiar Baso.

Baca: Warga Meninggal Akibat DBD, Ketua PKK Sulsel Turun Tangan, ini yang Dilakukan

Baca: Jadi Korban Banjir, Alyssum Laundry Malah Tawarkan Jasa Gratis

Baca: Januari 2019, 22 Orang Demam Berdarah di Makassar

Untuk mengantisipasi agar kasus kematian ini tidak bertambah, Dinas Kesehatan menyiapkan tim gerak cepat.

Hanya saja, untuk menurunkan tim gerak cepat ini, harus mendapatkan izin dari kepala daerah setempat, melalui dinas kesehatan.

Hal itu karena setiap daerah masing-masing memiliki Dinas Kesehatan dan pusat kesehatan masyarakat yang dibawah kewenangan Bupati dan Walikota.

"Kalau kita datang di daerah tidak enakan dengan pimpinan daerahnya. Kadis Kesehatannya kan ada jadi kalau mereka meminta kita datang 1 kali 24. Jadi sifatnya kita siaga, tapi mesti begitu kita tetap lakukan kordinasi," katanya.

Menurutnya dengan im gerak cepat akan melengkapi kekurangan yang dialami Dinas Kesehatan di daerah, sehingga tim medis yang ada di daerah itu tetap melaksanakan tugasnya.

Saat ini, Dinas Kesehatan Sulsel katq Bahtiar telah mengeluarkan surat imbauan kepada 105 Rumah Sakit yang ada di Sulsel untuk memberi ruang kepada seluruh penderita demam berdarah.

"Jadi jangan ada penolakan tidak ada satupun rumah sakit yang menolak pasien demam berdarah ini pernyataan saya secara resmi catat itu baik-baik," kata Bahtiar.

Ia menyebutkan penanganan demam berdarah ini harus ditindaki dengan cepat, pasalnya dikhawatirkan trombosit akan turun.

Trombosit turun berarti nyawa terancam oleh karena itu penanganan harus dengan baik-baik. Selain itu suspek (infeksi) saja di demam berdarah itu penanganannya harus penanganan yang ekstra agar tidak memakan korban lagi di masyarakat.

Ia menjelaskan penyakit 'virus' DBD ini masih akan berlangsung beberapa bulan kedepan, pemicunya karena pergantian musim dari kemarau ke hujan. Apalagi baru ini terjadi banjir dan sebagainya di Sulawesi Selatan.

Bahtiar berharap jangan sampai ini akan meningkat terutama di daerah-daerah yang terkena bencana. Tapi satu kesyukuran Bahtiar Gowa dan Jeneponto belum ada laporan penyakit DBD.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved