Bupati Luwu Timur Bareng Istri Beri Bantuan Warga Miskin yang Tak Mampu Sekolahkan Anak
Rama tujuh bersaudara, nama saudaranya adalah Riska, Rena, Gunawan, Ridho, Reski dan Dewi.
Penulis: Ivan Ismar | Editor: Arif Fuddin Usman
Laporan Wartawan TribunLutim.com, Ivan Ismar
TRIBUNLUTIM.COM, MALILI - Bupati Luwu Timur, Thorig Husler sudah menemui Rama (13) dan Riska (12) yang menganggur sekolah karena orangtuanya terbentur biaya, Rabu (5/12/2018).
Husler pun membujuk kedua bocah itu agar kembali bersekolah. "Sekolah yah nak, jangan sampai tidak sekolah lagi, sekolah yah," kata Husler kepada Rama dan Riska.
Rama, Riska tinggal bersama ayahnya bernama Sarli (58), ibunya Rahmatia dan lima saudaranya di Lorong 10, Desa Puncak Indah, Kecamatan Malili.
Baca: Warga Keluhkan Jembatan Watu di Bone yang Rusak Parah, Dinas PU: Segera Diperbaiki
Baca: Kisah Pantai Mampie di Wonomulyo, Polman, yang Terus Tergerus Abrasi
Husler pun memberikan perlengkapan sekolah bagi Rama dan Riska. Selain itu, Husler juga memberikan bantuan sembako dan perlengkapan tidur kepada keluarga tersebut.
Husler menegaskan tidak boleh ada warganya tidak sekolah karena terbentur biaya, ada program pendidikan gratis.
"Ada pendidikan gratis. Ada seragam sekolah gratis. Nda boleh ada warga ku tidak sekolah," tutur Husler.
Rama mengatakan sangat bersyukur mendapat bantuan perlengkapan sekolah dari bupati. Ia mengaku malu ketika melihat teman sebayanya yang sekolah.
"Saya masih mau sekolah, mau sekali sekolah," tutur Rama.
Tujuh Bersaudara
Rama tujuh bersaudara, nama saudaranya adalah Riska, Rena, Gunawan, Ridho, Reski dan Dewi.
Sarli dan keluarganya hanya mengandalkan lampu pelita berbahan bakar solar. Solar pun diperoleh dari bantuan tetangganya.
Dalam kesempatan itu, hadir Ketua PKK Luwu Timur atau istri bupati, Puspawati Husler, Kepala Dinas Sosial, Sukarti, Kepala Dinas Pendidikan La Besse.
Staf Ahli Pemerintahan Budiman dan Kabag Humas dan Protokol Luwu Timur, Alimuddin Bachtiar.
Diberitakan sebelumnya, Rama (13) dan Riska (12) terpaksa tidak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP karena terbentur biaya.
Mereka menganggur hampir setahun lamanya pasca lulus dari SDN Mallaulu, Desa Puncak Indah, Kecamatan Malili, Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel), setahun lalu.
Rama dan Riska tinggal bersama ayahnya bernama Sarli (58) dan ibunya di Lorong 10, Desa Puncak Indah, Kecamatan Malili.
Rumah yang ditempati Rama, Riska bersama tiga saudara dan kedua orangtuanya itu bekas mess perusahaan. Mereka menumpang disana sudah 10 tahun lamanya.
Rama dan Riska putus sekolah karena orangtuanya yang miskin tidak punya biaya membeli perlengkapan sekolah.
"Masih mau sekolah, tapi orang tua tidak punya biaya untuk beli seragam, termasuk sepatu," kata Rama kepada wartawan, Selasa (4/12/2018).
Padahal kata Rama niatnya untuk sekolah bersama Riska sangat besar. Keduanya rindu untuk kembali bersekolah seperti teman sebayanya.
Ayah Rama dan Riska bernama Sarli mengatakan tidak bisa membiayai anaknya untuk melanjutkan sekolahnya.
Untuk kebutuhan makan sehari-hari saja, Sarli kesulitan dengan nafkah hasil kerja serabutan. Apalagi untuk membeli seragam sekolah untuk anaknya.
"Pendapatan sebagai pekerja serabutan, hanya bisa menutupi sebagian kebutuhan rumah tangga," kata Sarli. (*)
Lebih dekat dengan Tribun Timur, subscribe channel YouTube kami:
Follow juga akun instagram official kami:
