Nasib Becak Motor Makassar, 5 Tahun Lalu Rp12 Juta, Kini Bangkainya Dihargai Rp240 Ribu
Hingga akhir 2016, data yang dilansir dinas perhubungan kota Makassar, jumlah Bentor mencapai sekitar 15 ribu unit.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Thamzil Thahir
Dg Limpo bercerita, selama tiga dekade menggeluti bisnis ‘besi tua’, sumber transaksi banyak dari bongkaran gedung, perumahan tua, lalu besi buangan industri.
“Kalau besi tua pabrik untungnya banyak, tapi untung kalau sapat dua kali setahun,” ujarnya kepada Tribun, di sebuah kedai kopi di Jl Dg Ngeppe, Makassar, siang kemarin.
Dia bercerita, sejak pekan lalu, dia sudah transaksi 20 unit bangkai bentor. “Ini saya beli langsung dari juragannya, pensiunan tentara dari Jeneponto,” ujar Dg Limpo.

Dia juga mendapat informasi, rongsokan bentor juga banyak di daerah perumnas Tamalate, Talasalapang, dan sekitar Sudiang.
Fenomena ini seperti awal dekade 2000-an lalu. Kala itu, becak tradisional digerus moda transportasi tunggal, ojek pangkalan.
Selain ojek pangkalan, secara perlahan, keberadaan moda transportasi ‘tallu roda’ juga digerus bentor yang masuk Makassar awal dekade 2000-an.
‘Tallu roda’ termasuk produk lokal. Moda ini mulai diproduksi massa dekade 1960-an, dan booming jadi angkutan urban di dekade 1980-an hingga 1990-an.
Masa jayanya lebih tua dan lebih lama sedikit dari petepete.
Bentor bukan asli Makassar. Ini produk ‘impor’ dari Kotamobagu, Gorontalo di akhir dekade 1990-an.
Produksi dan modifikasi bentor banyak di Wajo, Pangkep, Rappang, dan beberapa di Maros.

Hingga akhir 2016, data yang dilansir dinas perhubungan kota Makassar, jumlah Bentor mencapai sekitar 15 ribu unit.
Jumlah ini, hanya setengah dari jumlah tallu roda di dekade 1990-an yang mencapai 41 ribu-an.
Data yang pernah dibeber Kapolda Sulselbar Irjen Pol Pudji Hartanto Iskandar dalam sebuah Forum Group Discussion (FGD) bertema "Menata Moda Angkutan Umum Bentor dan Ojek Dalam Rangka Keselamatan Dalam Berlalu Lintas” Maret 2016 lalu, jumlah bentor yang beroperasi di Sulselbar sebanyak 24.519 unit.
Di Makassar, Bentor sempat jadi kontroversi di awal masa pemerintahan Walikota Ilham Arief Sirajuddin (2004-2014).
Kala itu, tukang bentor yang banyak anak muda didemo oleh para tukang becak.
Akhirnya, di awal masa periode kedua Ilham, bersama DPRD diterbitkanlah Peraturan Walikota Makassar No. 22 Tahun 2012
Tentang Pengendalian Operasional Kendaraan Becak Motor Dalam Wilayah Kota Makassar.
Perlahan tukang becak mengalah. Mereka mulai beralih ke bentor.
Namun zaman berganti. Dua tahun lalu, di masa ojek online mulai masuk, justru tukang bentor yang mendemo pemerintah dan perusahaan ojek online. (Ian/mam/zil)