Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Nasib Becak Motor Makassar, 5 Tahun Lalu Rp12 Juta, Kini Bangkainya Dihargai Rp240 Ribu

Hingga akhir 2016, data yang dilansir dinas perhubungan kota Makassar, jumlah Bentor mencapai sekitar 15 ribu unit.

Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Thamzil Thahir
Fahrizal/tribun
Di Kelurahan Bonto Duri, dan Jl Andi Tonro, ---kawasan pemukiman urban di Tamalate, selatan kota--, sejumlah pemilik dan juragan bentor mulai menjual unit bentor yang sudah hampir 2 tahun jadi rongsokan. 

BUKAN regulasi, becak motor (bentor) di Makassar justru digerus konsumen, dan tukang bentornya.

Alat transportasi ‘pengganti’ becak tradisional ini mulai jadi rongsokan dan besi tua.

Daya tahan bentor hanya satu dekade, bahkan kurang. Betulkah mereka tergerus angkutan atau ojek online yang murah?

Atau karena tukang bentornya yang kian berumur dan tak punya akses modal ke moda transportasi online?

Baca: Cerita Pabentor Asal Jeneponto di Tengah Gempuran Transportasi Online di Makassar

Di Kelurahan Bonto Duri, dan Jl Andi Tonro, ---kawasan pemukiman urban di Tamalate, selatan kota--, sejumlah pemilik dan juragan bentor mulai menjual unit bentor yang sudah hampir 2 tahun jadi rongsokan.

Dua setengah tahun terakhir, bentor jadi rongsokan mulai terasa sejak serbuan angkutan ojek online di Makassar
Sahid Dg Limpo (51), juragan pengepul besi tua di selatan kota, sejak pekan lalu, mulai membeli bangkai-bangkai bentor.

“Sudah tawar menawar, satu (bangkai) bentor saya bayar Rp240 ribu,” kata Sahid, yang Senin (22/10/2018), menceritakan fenoman eks bentor mulai jadi sumber transaksi baru ‘besi tua’ di Makassar.

Di Kelurahan Bonto Duri, dan Jl Andi Tonro, ---kawasan pemukiman urban di Tamalate, selatan kota--, sejumlah pemilik dan juragan bentor mulai menjual unit bentor yang sudah hampir 2 tahun jadi rongsokan.
Di Kelurahan Bonto Duri, dan Jl Andi Tonro, ---kawasan pemukiman urban di Tamalate, selatan kota--, sejumlah pemilik dan juragan bentor mulai menjual unit bentor yang sudah hampir 2 tahun jadi rongsokan. (dok_thamzil_thahir)

Bangkai bentor yang ditimbang jadi besi tua, hanya “sedang” (badan utama bentor).

Rerata satu Sedang bentor berat timbangannya mencapai 63 kg hingga 70 kg.

Harga pasaran besi tua, di Makassar, berkisar Rp 3.000 hingga Rp3.700/ kg.

Sedangkan mesin penggerak bentor, kebanyakan motor empat tak, (produksi 1990-an hingga 2000-an) dijual terpisah oleh juragannnya.

“Saya tak tahu persis, tapi yang dengar motor eks bentor masih laku hingga Rp3 juta, itu kalau lengkap setang setir dan subreaker,” kata Dg Limpo, yang merupakan generasi kedua ‘pengepul’ besi tua di selatan kota.

Bayangkan saat bentor mulai booming di pertengahan tahun 2000-an hinga awal 2010-an, harga per unitnya bisa seharga motor bebek baru, Rp12 juta hingga Rp20 juta.

Harga tertinggi, jika bentor punya suspensi bagus, audio digital, dan layar mini TV LED.

Jika sama mesin penggeraknya hanya dihargai Rp3 juta dan sedan bentornya cuma dihargai Rp240 ribu per unit, maka nilai jual bentor susut hingga Rp8 juta hingga Rp 12 juta. Wooow! Kasihan.

Baca: TERPOPULER: Kemenangan Selfi si Anak Pabentor di LIDA, Foto Pengebom Gereja Surabaya, Abdul Somad

Dg Limpo bercerita, selama tiga dekade menggeluti bisnis ‘besi tua’, sumber transaksi banyak dari bongkaran gedung, perumahan tua, lalu besi buangan industri.

“Kalau besi tua pabrik untungnya banyak, tapi untung kalau sapat dua kali setahun,” ujarnya kepada Tribun, di sebuah kedai kopi di Jl Dg Ngeppe, Makassar, siang kemarin.

Dia bercerita, sejak pekan lalu, dia sudah transaksi 20 unit bangkai bentor. “Ini saya beli langsung dari juragannya, pensiunan tentara dari Jeneponto,” ujar Dg Limpo.

Satuan Lalu Lintas Polres Polman, menertibkan puluhan becak motor (Bentor) di Jl. Ahmad Yani, Kecamatan Polewali, Rabu (7/2/2018).
Satuan Lalu Lintas Polres Polman, menertibkan puluhan becak motor (Bentor) di Jl. Ahmad Yani, Kecamatan Polewali, Rabu (7/2/2018). (nurhadi/tribunsulbar.com)

Dia juga mendapat informasi, rongsokan bentor juga banyak di daerah perumnas Tamalate, Talasalapang, dan sekitar Sudiang.

Fenomena ini seperti awal dekade 2000-an lalu. Kala itu, becak tradisional digerus moda transportasi tunggal, ojek pangkalan.

Selain ojek pangkalan, secara perlahan, keberadaan moda transportasi ‘tallu roda’ juga digerus bentor yang masuk Makassar awal dekade 2000-an.

‘Tallu roda’ termasuk produk lokal. Moda ini mulai diproduksi massa dekade 1960-an, dan booming jadi angkutan urban di dekade 1980-an hingga 1990-an.

Masa jayanya lebih tua dan lebih lama sedikit dari petepete.

Bentor bukan asli Makassar. Ini produk ‘impor’ dari Kotamobagu, Gorontalo di akhir dekade 1990-an.

Produksi dan modifikasi bentor banyak di Wajo, Pangkep, Rappang, dan beberapa di Maros.

Suasana unjuk rasa yang dilakukan sopir Angkutan Kota (Angkot) dan pengemudi Becak Motor (Bentor) di depan kantor Gubernur Sulsel, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Rabu (1/11/2017). Unjuk rasa ini merupakan aksi tolak angkutan transportasi berbasis online, tak hanya memacetkan jalan, massa aksi tersebut melakukan sweeping transportasi berbasis online. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Suasana unjuk rasa yang dilakukan sopir Angkutan Kota (Angkot) dan pengemudi Becak Motor (Bentor) di depan kantor Gubernur Sulsel, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Rabu (1/11/2017). Unjuk rasa ini merupakan aksi tolak angkutan transportasi berbasis online, tak hanya memacetkan jalan, massa aksi tersebut melakukan sweeping transportasi berbasis online. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR (TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR)

Hingga akhir 2016, data yang dilansir dinas perhubungan kota Makassar, jumlah Bentor mencapai sekitar 15 ribu unit.

Jumlah ini, hanya setengah dari jumlah tallu roda di dekade 1990-an yang mencapai 41 ribu-an.

Data yang pernah dibeber Kapolda Sulselbar Irjen Pol Pudji Hartanto Iskandar dalam sebuah Forum Group Discussion (FGD) bertema "Menata Moda Angkutan Umum Bentor dan Ojek Dalam Rangka Keselamatan Dalam Berlalu Lintas” Maret 2016 lalu, jumlah bentor yang beroperasi di Sulselbar sebanyak 24.519 unit.

Di Makassar, Bentor sempat jadi kontroversi di awal masa pemerintahan Walikota Ilham Arief Sirajuddin (2004-2014).
Kala itu, tukang bentor yang banyak anak muda didemo oleh para tukang becak.

Akhirnya, di awal masa periode kedua Ilham, bersama DPRD diterbitkanlah Peraturan Walikota Makassar No. 22 Tahun 2012

Tentang Pengendalian Operasional Kendaraan Becak Motor Dalam Wilayah Kota Makassar.

Perlahan tukang becak mengalah. Mereka mulai beralih ke bentor.

Namun zaman berganti. Dua tahun lalu, di masa ojek online mulai masuk, justru tukang bentor yang mendemo pemerintah dan perusahaan ojek online. (Ian/mam/zil)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved