Gempa dan Tsunami di Palu Donggola
Heli MI-8 Lakukan Water-Bombing di Wilayah Terdampak Likuifaksi Sulteng
Operasi evakuasi korban meninggal telah dihentikan tim gabungan pada 12 Oktober 2018 lalu,
Penulis: Hasan Basri | Editor: Suryana Anas
Seperti di wilayah Petobo yang lapisan tanahnya terangkat akan ditimbun. Cara terbaik adalah menimbun dengan tanah seperti selayaknya memakamkan jenazah dalam kehidupan masyarakat sehari hari.
“Pertimbangan terbaik dalam penanganan jenazah yang belum diketemukan setelah hari ke-7 adalah dengan tetap memakamkan di lokasi yang diduga jenazah itu berada,” ujar Yurianto melalui pesan pendek beberapa hari lalu (12/10/2018).
Yurianto juga menyampaikan perlu dilakukan oleh dinas terkait untuk melakukan pengecekan kualitas air tanah secara berkala.
Selain itu, upaya sebelum penimbunan yaitu pembuatan drainase yang baik agar air hujan bisa terkumpul dengan baik dan bisa diintervensi sebelum masuk sungai. “Ideal jika timbunan ditanggul dan drainase dibuat dari semen,” ungkap Kepala Pusat Krisis Kemenkes.
Hasil analisis sementara pemetaan secara spasial menunjukkan bahwa wilayah terdampak likuifaksi pascagempa Sulteng menyebabkan pengangkatan dan amblesan di Balaroa, Kota Palu.
Sedangkan jumlah perkiraan rumah terdampak mencapai 1.045 unit. Luas wilayah terdampak mencapai 47,8 hektar. Jumlah perkiraan rumah terdampak di Petobo, Kota Palu mencapai 2.050 unit dengan luas wilayah 180 hektar, sedangkan di Jono Oge, Sigi, mencapai 366 unit dengan luas wilayah 202 hektar. (*)