Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

KISAH NYATA - Berkah Lailatul Qadar, Pohon Pun Rebah Jemput Imam Lapeo di Campalagian

Diyakini, beribadah pada malam mulia itu pahalanya seperti beribadah 1.000 bulan.

Editor: Mansur AM
Ilustrasi malam lailatul qadar, malam seribu bulan 

Masjid itu dikenal dengan menaranya menyerupai arstitektur Istambul, sehingga Imam Lapeo juga disapa dengan nama “Kanne Ambol”, yakni orang yang pernah menngunjungi Istambul, peralihan sebutan Istambul ke Ambol.

Selain makna lainnya, “Ambol”, yakni jangan coba-coba bertetangan dengan Imam Lapeo, nanti mendapatkan teguran secara langsung.

Imam Lapeo lahir dengan nama unik, Junaihin Namli, yang berarti sayap semut, di Pambusuang Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polman, tahun 1838.

Dikenal sebagai ulama kharismatik, penyebar ajaran Islam di Sulselbar khususnya di Tanah Mandar.

Saat menyebar Islam, dikenal sebagai KH Muhammad Thahir atau yang lebih masyhur Imam Lapeo.

Nama Lapeo yang melekat pada Imam Lapeo diambil dari nama kampung di Kecamatan Campalagian, sekira 287 KM dari Makassar dan 33 KM dari Kota Polewali.

Selain silsilahnya bertalian dengan bangsawan di Mandar, nasab dalam diri Imam Lapeo bersambung hingga Sunan Maulana Malik Ibrahim, salah seorang wali Walisongo yang menjadi penyebar agama Islam di Gresik.

Dalam buku tentang perjalanan hidup Imam Lapeo yang ditulis Syarifuddin Muhsin, (cucu Imam Laepo) ada puluhan karomah (kelebihan) dalam kisah hidup Imam Lapeo yang berkembang di tengah masyarakat dan keluarganya.

Sebagian diantaranya, menjadi khatib dan Imam shalat Jumat di tempat berbeda, menyelamatkan orang tenggelam, membayar utang dalam keadaan terjepit dan lainnya.

Juga dalam buku Jejak Kewalian Imam Lapeo yang ditulis oleh cicitnya, Zuhriah, peran Imam Lapeo, tidak terlepas dengan akhlak (karakter) hingga karamah kesufian yang ada pada dirinya mampu memberi berkontribusi penting bagi perbaikan tatanan masyarakat.

Menjelang wafatnya, Imam lapeo berpesan supaya disediakan batang pisang sebelah menyebelah (pihak kanan dan pihak kiri) sebagai tempat bersandar saat berbicara dengan mungkar-nakir. Pesan itu sebagai isyarat Imam Lapeo akan mangkat.(*)

Baca: Catat! Pendaftaran CPNS 2018 Awal Juli, Ini Perbedaan Dokumen Lulusan SMA, Diploma, dan Sarjana

Baca: Selain Guru dan Perawat, Ini 2 Jurusan Paling Beruntung di CPNS 2018, Pendaftaran Awal Juli Ini

Baca: BIKIN NANGIS! Razan Najjar Relawan Perawat Lakukan Ini Sebelum Tewas Ditembak Tentara Israel

Baca: Bukan Kate, Cinta Pertama Pangeran William Ternyata Wanita Ini, Lihat Fotonya Bareng Putri Diana

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved