Intip Desa Batu Alang, Kampung Kakao di Luwu Utara
Serangan hama PBK tersebut berdampak pada produktivitas buah kakao di Batu Alang yang menurun hingga 70 persen.
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Hasriyani Latif
Wilayah Batu Alang yang dilintasi Sungai Rongkong, sungai terbesar di Luwu Utara jadi lokasi yang subur untuk tanaman kakao.
"Dulunya Batu Alang ini rawa-rawa sehingga tanahnya subur dan cocok untuk tanaman kakao," ujar kepala desa yang senang dunia seni ini.
Pada pertengahan tahun 2000-an, tanaman kakao di Batu Alang mulai menua dan terserang berbagai macam penyakit. Sebagian besar terserang hama penggerek buah kakao (PBK) atau conophomorpa cramerella, nama ilmiahnya.
Serangan hama PBK tersebut berdampak pada produktivitas buah kakao di Batu Alang yang menurun hingga 70 persen.
"Ketika saya sudah kepala desa, saya mengajak masyarakat kembali meremajakan tanaman kakao mereka. Alhamdulillah, sudah banyak yang meremajakan," tuturnya.
"Jadi saat ini tanaman kakao seluas 427,08 hektar di Batu Alang terdiri dari tanaman belum menghasilkan, tanaman menghasilkan, dan tanaman tua," jelasnya.
Guna mendukung keberadaan Kampung Kakao, pemerintah Luwu Utara pada tahun 2017 memberikan bantuan ke kelompok tani 40.800 bibit kakao jenis klon M45 atau MCC 02.
"Bantuan itu diperuntukan untuk peremajaan di lahan seluas 50 hektare," katanya.
"Sayang tahun ini tidak ada lagi bantuan bibit kakao untuk Batu Alang. Semoga tahun depan ada lagi, karena masih banyak kebun yang mau diremajakan," jelasnya.
Baca: Soal Bibit Kakao Tak Layak, Ini Penjelasan Kabid Perkebunan Luwu
Baca: FP2KEL Luwu Soroti Bibit Kakao Dari Pemprov Sulsel, Ini Masalahnya
Sekadar diketahui, hingga awal 2018, penduduk Batu Alang sebanyak 1.020 jiwa, terdiri dari 200 kepala keluarga (KK). "Hampir semua warga Batu Alang ada kebun kakaonya. Mulai dari 1-5 hektare per KK," ujarnya.
Sementara itu, produksi biji kakao kering di Luwu Utara sepanjang tahun 2017 mencapai 26.274 ton. Itu berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Luwu Utara.
Kepala TPHP Luwu Utara, Agussalim Lambong menyebut, luas tanaman kakao Luwu Utara mencapai 39.410 hektar. Terdiri, 7.511 hektar tanaman belum menghasilkan, 26.540 tanaman menghasilkan, dan 5.358 tanaman tua.
"Rata-rata produktivitas tanaman kakao di Luwu Utara adalah 990 kilogram biji kering per hektar dalam setahun," tuturnya. Petani kakao Luwu Utara mencapai 28.020 KK.
Di Luwu Utara, terdapat pula Tugu Kakao di persimpangan jalan lingkar utara-selatan dan poros Trans Sulawesi, Kecamatan Masamba.
Tugu ini merupakan simbol sekaligus ikon Luwu Utara sebagai daerah penghasil kakao.(*)