Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kisah Anak Tukang Batu jadi Polisi Membekas di Hati Kepala SPN Batua

Kisah sedih Bripda Asrul (20) yang baru-baru ini lulus dari Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua, mengharukan banyak orang.

Penulis: Darul Amri Lobubun | Editor: Anita Kusuma Wardana
DARUL AMRI
Kepala (KA) SPN Batua, Komisaris Besar (Kombes) Fajaruddin. 

Sejatinya, saat penerimaan ada 601 siswa. Namun, di tengah perjalanan, satu siswa asal Gowa, disersi. Dia tak tabah.

Bripda Asrul (20) langsung mencium kedua kaki ayahnya, Syamsuar (45) usai resmi jadi polisi, Selasa (6/2/2018). Anak dari pekerja pemecah batu itu tersungkur didepan ayahnya setelah mengikuti pelantikan Brigadir muda di SPN Batua, Makassar.
Bripda Asrul (20) langsung mencium kedua kaki ayahnya, Syamsuar (45) usai resmi jadi polisi, Selasa (6/2/2018). Anak dari pekerja pemecah batu itu tersungkur didepan ayahnya setelah mengikuti pelantikan Brigadir muda di SPN Batua, Makassar. (TRIBUN TIMUR/DARUL AMRI)

Dari sekitar 1000-an orangtua yang hadir, dan sekitar 1500-an orang, ada momen mengharukan yang sempat terekam kamera.

Bripda Asrul (20), jadi perhatian banyak siswa dan undangan. Asrul memang siswa yang sudah dua kali mencoba jadi polisi, namun baru lulus tahun 2018.

Warga BTN Batara Ogi, Daya, Kecamatan Biringkanaya, timur Makassar ini adalah anak bungsu sepasang buruh bangunan, dan pemecah batu gunung di Biringkanaya.

Ayahnya, Syamsuar (54) dan ibunya, Sitti Rusnah (51) datang khusus menyaksikan momen naiknya status sosial keluarganya, menjadi keluarga besar Kepolisian Republik Indonesia.

Ratusan Siswa Bintara Polri melakukan simulasi pengamanan pilkada yang didramtisir bentrok usai mengikuti upacara Penutupan Pendidikan Pembentukan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Sulsel, Selasa (6/3/2018).
Ratusan Siswa Bintara Polri melakukan simulasi pengamanan pilkada yang didramtisir bentrok usai mengikuti upacara Penutupan Pendidikan Pembentukan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Sulsel, Selasa (6/3/2018). (SANOVRA JR)

Syamsuar pun dapat perhatian khusus sang kepala sekolah, Kombes Pol Fajruddin. Dia diwawancara khusus dan dipertemukan khusus dengan anaknya pas usai yudisium.

Momen mengharukan itu, sarat air mata. Tidak si anak, ayah, ibu, dan beberapa burung bangunan yang kerap jadi ‘mentor” Asrul sepulang belajar di SMA Negeri 18, Mangga Tiga, Makassar.

Saat melihat ayahnya, Asrul langsung mencium kedua kaki ayahnya. “Tetta, jadi polisi kodong. Bukan meki lagi tukang batu, tapi bapak polisi.”

Asrul tak peduli, sepatu lusuh dan berdebu alas kaki ayahnya.

Mata kepala SPN berkaca-kaca. Belasan orang yang ada di lokasi, juga terharu. Jujur, mata wartawan Tribun juga basah.

Asrul menangis. Dia tak kuasa menahan emosi. Suaranya parau dan keringat yang mengucur usai simulasi pengamanan Pilkada, kian membuat suasana jadi hening.

"Minta maaf pak, kalau ada salahku. Ini saja yang bisa saya kasih, jadi polisi," kata Asrul yang langsung berdiri dan memeluk erat ayahnya, Syamsuar.

Usai ‘sesi’ cium kaki sang ayah, Asrul mengatakan itu spontan. “Itumi terima kasihku sama bapakku. Dia kasi sekolahka sejak SD dari hasil tukang batuji.”

Suasana haru biru itu menjadi perhatian keluarga Brigadi polisi baru yang lain, bahkan ada beberapa dari mereka yang terus-menerus menyeka air matanya. Sitti Rusnah, ibu kandung Asrul, menyebut anaknya penyabar.

Syamsuar didampingi istrinya, Rusnah. Menyebutkan, anaknya gigih, Asrul harus membantunya untuk bekerja.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved