Menelusur Perut Bumi Pacitan, Aksi Menantang Tim Ekspedisi Nusantara Mapala 09 FT Unhas
Untuk menuju Luweng Ombo akses paling mudah adalah dari ruas jalan Pacitan-Yogya.
Penulis: Alfian | Editor: Arif Fuddin Usman
TRIBUN-TIMUR.COM - Atlet Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) 09 Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (SMFT UH) telah kembali dari Ekspedisi Nusantara. Ekspedisi ini salah satu program kerja dari Mapala 09.
Program ekspedisi ini dilakukan secara serentak di tiga lokasi berbeda di wilayah Nusantara –hingga dinamakan Ekspedisi Nusantara. Tiga divisi berbeda melakukan penjelejahan di lokasi berbeda.
Baca: Ini Dilakukan Tim Darling Mapala 09 Teknik Unhas di Desa Sokkolia, Gowa. Buatkan Protoype Biogas
Baca: Jelang Berangkat Gua Luweng Ombo, Lihat Latihan Tim Ekspedisi Nusantara Mapala 09 FT Unhas Ini
Divisi Caving berhasil melakukan susur gua di Gua Luweng Ombo di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada 9-10 Desember 2017. Divisi Diving dan Climbing melakukan penyelaman di Taman Nasional Kepulauan Togean di Teluk Tomini, Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah.

Dan Divisi Gunung-Rimba dan Bina lingkungan melakukan pendakian di Bukit Raya di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Gunung ini adalah gunung tertinggi di Kalimantan.
Tim Divisi Caving membawa oleh-oleh cerita dan gambar untuk Anda penggemar olahraga penuh petualangan dari Gua Luweng Ombo. Gua ini diketahui sebagai yang terdalam dan terbesar di Pulau Jawa.
Baca: Atlet Ekspedisi Nusantara Mapala 09 FT Unhas Simulasi di Gua Dinosaurus, Lihat Ini
Baca: Tim Maleo Mapala 09 FT Unhas Lintas Gunung Lompobattang ke Bawakaraeng
Tim Ekspedisi Nusantara Mapala 09 SMFT-UH telah berhasil menelusuri Gua Luweng Ombo pada Sabtu, 9 Desember 2017. Tim Mapala 09 yang beranggotakan empat atlet berhasil menyusuri gua ini dengan lancar.
Luweng Ombo terletak di Desa Kalak, Kecamatan Donorojo, Pacitan. Kabupaten Pacitan sendiri mendapat julukan sebagai kota 1001 gua. Bahkan di jaman pemberontakan, daerah Pacitan dan juga Kabupaten Blitar merupakan daerah persembunyian.

Untuk menuju Luweng Ombo akses paling mudah adalah dari ruas jalan Pacitan-Yogya. Jika dari arah Pacitan, sesampainya di pertigaan Bleruk (persimpangan jalan Pacitan-Solo dengan Pacitan-Yogya) belok kiri mengikuti jalur ke Yogya.
Nanti ada pertigaan dengan penunjuk arah ke Kalak. Ikuti sesuai penunjuk arah tersebut sampai ketemu gapura Desa Kalak. Nah dari gapura ini sekitar 200 meter sampailah di lokasi Gua Luweng Ombo. Letak guanya hanya sekitar 20 meter dari jalan.
Baca: Mantan Striker PSM Ini Meninggalkan Bhayangkara FC, Klub Mana Dituju Spaso?
Baca: Listrik di Sulsel Mulai Menyala? Ini Penjelasan Resmi PLN Sulselrabar
Beranggotakan 4 Orang
Terdapat 4 anggota tim Mapala 09 yang menerapkan teknik SRT ( Single Rope Technic) dalam menuruni gua ini. Mereka dipimpin koordinator tim ekspedisi ini, Firman Tahir, mahasiswa Teknik Geologi Unhas Angkatan 2015.

Sedangkan anggota tim ekspedisi gua adalah Fredy Andi Lolo (mahasiswa Teknik Arsitektur Unhas 2013), Moch Syahrizal Masdar (mahasiswa Teknik Sipil 2013), dan Salmon Randa (Teknik Mesin 2013).
“Gua Luweng Ombo ini merupakan lubang yang sangat besar. Jika kita di pinggir lubang itu, bisa kita lihat gua vertikal yang memiliki kedalaman sekitar 130 meter dan diameter mulut gua mencapai 50 meter,” kata Firman.
Baca: Prof Dwia: Mapala 09 Fakultas Teknik Unhas Kebanggaan Indonesia
Baca: Momen 212, Alumni Teknik Unhas Kumpul di Bantimurung
Dari artinya, nama Luweng bermakna lubang yang dalam, sedangkakan kata Ombo berarti luas atau yang lebar. Kalau diartikan secara menyeluruh, Luweng Ombo bermakna lubang yang dalam dan sangat lebar.
Firman menceritakan, tim berangkat dari Makassar sejak akhir November 2017. Tim tiba di Surabaya lalu tinggal beberapa hari sebelum melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Pacitan. Perjalanan ditempuh sekitar 5 jam 55 menit untuk jarak 270-an km melewati jalan nasional di Provinsi Jawa Timur itu.

Ketika sampai di Pacitan, tim tak langsung ke lokasi gua. Diceritakan Firman, tim melakukan orientasi untuk bertemu dengan pihak aparat pemerintah di desa setempat. Terutama mencari informasi kekinian di lokasi tujuan.
“Kami sekaligus mencari informasi mengorek keterangan dari warga terkait kejadian atau peristiwa yang terjadi di sekitar wilayah Luweng Ombo. Ini penting bagi kami untuk tindakan apa yang bisa dilakukan atau aksi preventif,” jelas Firman.
Baca: HMS-FT Ubah Citra Mahasiswa Teknik Unhas Lewat Dedikasi 2017
Baca: Reakreditasi Institusi, Unhas Segera Divisitasi
Bencana Banjir-Longsor
Sebelum melakukan caving untuk Gua Luweng Ombo, Tim Ekspedisi Nusantara dikisahkan Firman, bertemu dengan Pak Suparni, selaku Kepala Dusun Petung, Desa Kalak.
Firman mengaku mendapat informasi cukup banyak dari Pak Suparni. Yang ternyata, sebagian besar penggiat susur gua memang sering menemuinya.

“Saat ketemu Pak Suparni, ia menyebut susur gua menjadi kegiatan yang menantang adrenalin. Dan kebetulan bapak itu yang temani almarhun Norman Edwin, eksplorer Luweng Ombo pertama kali sejak tahun 1983,” cerita Firman.
“Termasuk bapak ini sudah temani orang-orang asing untuk turun menelusur di sana (Luweng Ombo). Dari cerita bapak ini, sampai saat ini belum didapat ujung lorongnya. Terakhir itu sudah sampai 25 km,” lanjutnya.
Baca: 3 Prodi Unhas Raih Akreditasi ASEAN. Menyusul 3 Lagi, Program Studi Apa Saja Itu?
Baca: Dosen Sastra Unhas Ini Punya Tips Jitu Belajar Bahasa Bugis untuk Penutur Asing
Lalu cerita pun mengalir dari Pak Suparni, jika ada beberapa daerah di kabupaten Pacitan ini, sempat mengalami bencana alam berupa longsor dan banjir.
Hal itu disebabkan akibat curah hujan yang sangat tinggi selama dua hari sebelum kedatangan tim. Curah hujan yang tinggi memang hampir merata di seluruh wilayah Pulau Jawa akibat adanya Siklon Tropis Cempaka di pesisir selatan Jawa.

Saat itu, Tim mengagendakan susur gua pada 26-28 November 2017, namun ditunda. Tim beberapa hari menunggu di Kota Surabaya sampai keadaan kembali aman dan stabil. Hingga seminggu menunggu, akhirnya sampai di Luweng Ombo
“Hal ini tentu tak mengurungkan semangat tim untuk menyukseskan kegiatan tersebut. Kami seminggu kemudian baru benar-benar di Pacitan setelah cuaca normal kembali,” tambah Koordinator Caving Mapala 09 di ekspedisi gua ini, Fredy Andi Lolo.
Persiapan Dini Hari
Tim kemudian memutuskan untuk mulai melakukan penulusuran saat kondisi cuaca cerah pada, Sabtu (9/12/2017). Sebelumnya mulai dini hari pukul 04.00 WIB, tim orientasi ke lokasi dan memasang semua perlengkapan hingga pagi hari. Setelahnya tim beristirahat tim turun.
Baca: Rektor Unhas Apresiasi Tiga Prodi yang Raih Akreditasi Internasional
Baca: Mantan Striker PSM Ini Meninggalkan Bhayangkara FC, Klub Mana Dituju Spaso?
“Saat memasuki Luweng Ombo, dipastikan Anda akan masuk dalam dunia tersendiri, duania lain. Sinar matahari yang sangat kurang sampai di dasar gua, membuat dasar gua lembab, apalagi kami turun saat masuk musim hujan,” kata Freddy.
Perlahan dengan metode single rope, cerita Firman, Anda bisa mengamati sekeliling, diman semakin ke bawah semakin lebar guanya. Karena minim sinar matahari, di dasar gua hanya vegetasi jenis lumut-lumutan, paku-pakuan, tanaman sulur, semak yang subur.

“Ketika Anda turun, harus hati-hati. Dan ketika sudah sampai di bawah, Anda akan menemukan banyak lorong gelap dengan batu-batuan yang penuh dengan lumut. Lorong-lorong ini berbagai ukuran. Ada yang lebar hingga yang seukuran badan manusia,” lanjutnya.
“Tentunya yang berminat menelusuri gua yang mendatar itu dibutuhkan peralatan khusus dan juga keberanian yang besar. Tanpa hal itu, sebaiknya jangan coba-coba, karena Anda bisa tersesat saat bertemu medan yang semakin sulit.”
Baca: Hujan Disertai Petir, Sebagian Wilayah Makassar Gelap Gulita
Baca: Mengejutkan. Simak Ini Pengakuan Marc Klok soal Naturalisasi dan Gabung Timnas Indonesia
Tim Mapala 09 tidak sampai cukup jauh dalam menyusur lorong tersebut. Selain lingkungan yang mulai pengap dan basah, matahari juga semakin menuju gelap. Tim pun memutuskan untuk kembali ke permukaan.
Waktu yang dibutuhkan ke dasar Luweng Ombo, tidak lama, dengan teknik single Rope Technique (SRT) cukup 15-20 menit. Nah, giliran yang naik ke permukaan yang lebih berat lagi, karena memang mengangkat badan.

“Kami naik bervariasi ada sampai satu jam. Dan sebelum gelap kami sudah di permukaan semua,” ujar Freddy.
Pada momen Ekspedisi Mapala 09 ini, kata Firman, tim juga salut dengan pemerintah setempat yang mengelola potensi wisata di Luweng Ombo. Setidaknya hal ini demi menunjang perekonomian di Dusun Petung Desa Kalak Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur. (*)
Anda bisa juga menyimak video Petualang-Petualang Cantik dari Trans 7 di bawah ini: