OPINI: Ahlan wa Sahlan Haji
Idealnya, ibadah haji membawa manfaat yang lebih riil bagi masyarakat kita sebagaimana praktik berhaji para ulama dahulu.
Pasalnya, ormas yang dibentuk itu membangkitkan semangat juang para masyarakat untuk mengusir dan melululantahkan kaum kolonialis. Bukan hanya itu, di tanah Bugis-Makassar pun memiliki alumni haji yang tidak kalah kerennya. Syeikh Yusuf al-Makassari salah satunya.
Beliau adalah seorang alumni haji yang pulang dari tanah suci tidak hanya membawa ketaatan dan kesalehan, tapi juga membawa ilmu yang berlimpah serta semangat besar yang berkobar dalam melawan penjajah. Bahkan ia menjadi inspirasi bagi banyak negeri Afrika untuk terbebas dari belenggu dari penjajah.
Alumni haji berdarah Bugis-Makassar lain yang membawa perubahan ialah AGH Muhammad As’ad sebagai pendiri MAI (Madrasah Arabiyah Islamiyah) di Wajo atau saat ini telah menjadi pesantren tertua di Sulawesi Selatan yaitu Pondok Pesantren As’addiyah Sengkang serta AG KH Abdul Rahman Ambo Dalle sebagai pendiri DDI (Darud ad-Dakwah wa al-Irsyad) yang berkiprah dalam bidang pendidikan, sosial masyarakat dan tentunya dalam berdakwah.
Gurutta yakin bahwa melawan kebodohan adalah salah satu cara membebaskan belenggu dari penjajahan. Maka dari itu, haji bukan ajang pencitraan ataupun menaikkan reputasi dan harga diri. Bukan pula untuk menyombongkan diri. Tapi, dengan gelar haji tersebut kita buktikan dengan aksi yang nyata yang membawa manfaat luas bagi perbaikan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa.(*)