Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

opini

Transformasi Kepemimpinan PDGI

Catatan menyambutKongres Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) XXVI akan digelar di Medan, 4-6 Mei 2017.

Editor: Jumadi Mappanganro
drg Rustan Ambo Asse 

Oleh: drg Rustan Ambo Asse
Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia Cabang Berau - Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Prostodonsi FKG Universitas Hasanuddin

Kongres Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) XXVI akan digelar di Medan, 4-6 Mei 2017. Sejumlah nama mencuat sebagai calon Ketua Umum PDGI periode 2017-2020. Di antaranya drg Hananto Seno SpBM, drg Yusuf Syamsudin SpOrt, drg Ugan Gandar dan drg Muhammad Arief Rosyid Hasan MKM.

Nama mereka mewarnai dinamika organisasi dan cukup menyedot perhatian insan dokter gigi se-Indonesia. Mampukah PDGI keluar dari zona yang biasa-biasa saja? Akankah eksistensi organisasi ini memetik harapan-harapan anggotanya pada masa yang akan datang?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut hanyalah sebagian kecil dari kegelisahan-kegelisahan yang perlu diselesaikan secara konkret, holistik dan terukur pada forum kongres nantinya.

Problematika Internal
Mengurai tugas organisasi PDGI terutama pada tingkat advokasi kebijakan dan regulasi kesehatan gigi dan mulut secara umum hinggga kini memang masih miris dan menyisakan banyak pekerjaan rumah.

Di antaranya supremasi hukum kesehatan terkait dengan perlindungan dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat belum tercapai.

(BACA juga opini: RSGM Unhas dan Ekspektasi Masyarakat)

Advokasi kepentingan dokter gigi terkait penerapan dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN) yang berbasis keadilan dan kesetaraan profesi juga masih jauh panggang dari api.

Regulasi yang mengatur tentang alat kesehatan dan obat-obatan dalam bidang kedokteran gigi belum ada sehingga terjadi pembiaran secara massif terhadap siapapun yang ingin membeli alat dan obat-obatan tersebut.

Dampaknya seseorang yang tanpa basic keilmuan kedokteran gigi dan tidak memiliki kompetensi apapun terhadap praktik kedokteran gigi sekalipun dapat membeli alat dan obat-obatan. Bahkan membuka praktik ilegal.

Akibatnya negara yang memiliki peran dalam memberikan pelayanan kepada kesehatan yang bermutu menjadi sesuatu yang absurd.

Di sisi lain PDGI sebagai organisasi profesi dokter gigi hingga kini belum mampu secara kreatif mendorong upaya pembentukan Undang-Undang yang berkaitan dengan hal tersebut.

Substansi keberadaan organiasasi profesi dokter gigi adalah selain mengadvokasi kepentingan anggotanya juga bagaiamana pemerintah memahami bahwa masa depan pembangunan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia cikal bakalnya, pengembangan dan segala inovasi yang ada didalamnya berawal dari gagasan secara konseptual dari PDGI.

(BACA juga opini: Inilah Penjara di Indonesia)

Transformasi Kepemimpinan
Munculnya Arief Rosyid sebagai calon muda Ketua Umum PB PDGI disinyalir banyak kalangan sebagai sebuah momentum transformasi kepemimpinan dalam kontestasi dinamika Kongres Nasional PDGI .

Tiga calon yang lain yang juga merupakan kader dan aktivis PDGI yang juga dalam dua periode kepengurusan sudah lebih dulu berkiprah dalam kepengurusan PB PDGI.

Setidaknya transformasi nilai-nilai demokrasi yang terbangun dalam PDGI pada kongres Nasional di Medan nanti secara substansial meruntuhkan frame masa lampau yang sudah usang.

Kini batas-batas geopolitik, batas-batas umur, tua muda melebur menjadi suatu energi baru bahwa PDGI mampu membangun bersama, bergerak bersama dan menjalankan konstitusi organisasi secara konsisten siapapun nantinya yang terpilih menjadi Ketua PB PDGI.

Modernisasi organisasi sebagai sebuah keniscayaan saat ini menjadi sebuah kebutuhan mendasar bagi PDGI.

Pada konteks kaderisasi misalnya PDGI mesti melahirkan paradigma baru dan tidak secara konservatif memandang kepemimpinan PDGI pada masa yang akan datang, diperlukan akselerasi dan kriteria objektif dalam melahirkan regenerasi kepemimpinan.

Konstitusi dengan sistem nilai ideal yang tertuang dalam AD/ART organisasi mesti lebih adaptable dengan sistem organisasi modern, bagaimana sebuah organisasi berwawasan lebih maju, lebih survive dengan jejaring interkoneksitas berbagai pihak.

Yang paling penting adalah bagaimana kepercayaaan anggota bisa terwujud dengan sebuah kredibilitas, akuntabilitas, dan keberadaan organiasasi dirasakan benar-benar hadir sebagai corong aspirasi bagi anggotanya.

Ekspektasi anggota PDGI dalam forum Kongres Nasional XXVI di Medan nantinya setidaknya mampu mengurai secara holistik problematika yang dihadapi.

Tentu tidak hanya fokus kepada transformasi kepemimpinan akan tetapi program kerja yang menjadi prioritas perlu penjabaran yang lebih konkret sehingga setidaknya 100 hari pasca-dilantik sebagai pengurus baru dapat membuat loncatan kualitas dengan solusi permasalahan yang ada saat ini.

Dengan usianya yang ke-67 tahun, usia yang tak lagi muda untuk sekedar berbagi wacana, menenun perbedaan, atau hanya mengutuk gelap di mana-mana.

Bagaimana kenyataanya nanti, kita lihat saja nanti. (*)

Catatan: Tulisan di atas telah dimuat di Rubrik Opini Tribun Timur edisi cetak Kamis, 27 April 2017

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Nikah Massal

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved