Laporan Langsung dari Papua
Marind, Suku Asli Merauke yang Kian Terpinggirkan
Bahkan, di tengah pusat kota Merauke terdapat perkampungan kumuh yang didiami mayoritas suku Marind
Penulis: Anita Kusuma Wardana | Editor: Ina Maharani
"Di Merauke ini cukup besar sekitar Rp 137 Miliar. Namun, hingga kini tidak terlihat sentuhan otsus untuk kepentingan putra daerah,"jelasnya.
Kian terpinggirnya suku Marind di Merauke juga diakui tokoh masyarakat suku Marind lainnya, Leonardua Mahuze.
Leo, sapaan akrabnya adalah Ketua Yayasan Santo Antonius. Ia merupakan mantan Ketua DPRD Merauke.
Salah satu faktor yang turut berpengaruh, yakni pendidikan. Menurutnya, motivasi anak-anak suku Marind untuk belajar masih rendah.
Mereka lebih memilih bekerja mencari makanan hingga masuk ke hutan dibanding pergi ke sekolah.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan anak Marind, Yayasan Santo Antoinus yang dikelola Pak Leo mendirikan dua sekolah berbasis pendidikan vokasi, yaitu SMK 1 Antonius dan Politeknik Santo Antonius untuk bidang pertanian.
Namun, ternyata sekolah-sekolah tersebut lebih diminati anak-anak dari suku lain, seperti Asmat dan Mappi yang tinggal di Merauke.
"Mereka sempat sekolah, tapi tidak lama mereka kembali ke kampung. Mungkin karena mereka pikir untuk apa sekolah kalau bisa cari makan dari alam. Jadi motivasi mereka untuk sekolah memang masih kurang,"jelasnya.
Budaya yang Tergerus
Leo juga mengungkapkan dampak dari banyaknya pendatang ke Merauke, membuat budaya dan identitas suku Marind perlahan-lahan berkurang.
Pertumbuhan suku Marind juga lambat dibading jumlah pendatang yang datang ke Merauke. Belum diketahui pasti penyebabnya, entah karena angka kematian ibu dan anak yang meningkat, gizi buruk atau penyebab lainnya.
Lembaga Masyarakat Adat (LMA) yang seharusnya menjadi panutan dan payung untuk semua kepentingan pun dipertanyakan lagi perannya.
"Ada banyak intervensi. Jadi, peran mereka sudah tidak sekuat dulu,"kata Ketua Partai Perindo Merauke ini.
Ia pun mengharapkan pemerintah memberikan perhatian khusus kepada suku Marind. Selain itu, penguatan Lembaga Masyarakat Adat (LMA) juga perlu dilakukan.
Agar suku Marind bisa kembali ke jiwanya, yakni sebagai Ahimha atau manusia sejati.
"Saya percaya mereka bisa bersaing dengan suku-suku lain. Jika mereka diberdayakan,"ujar Pak Leo.(*)