Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tak Tamat SD, Sumardin yang Hanya Petani Nikahi Bule Jerman dan Jadikan Muallaf

Bayangkan, jarak Würzburg dengan Masamba, berdasarkan peta elektronik, mencapai 11,6 ribu kilometer.

Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Edi Sumardi
Tak Tamat SD, Sumardin yang Hanya Petani Nikahi Bule Jerman dan Jadikan Muallaf - sumardin-and-ermina_20170118_020041.jpg
FACEBOOK.COM/MUNAWAR.CHALID
Sumardin (29) dan Ermina Fransica (35) melangsungkan akad nikah di Kantor Urusan Agama Masamba, Kabupatan Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Selasa (17/1/2017).
Tak Tamat SD, Sumardin yang Hanya Petani Nikahi Bule Jerman dan Jadikan Muallaf - sumardin-29-dan-ermina-fransica-35_20170118_015728.jpg
FACEBOOK.COM/MUNAWAR.CHALID
Sumardin (29) dan Ermina Fransica (35) melangsungkan akad nikah di Kantor Urusan Agama Masamba, Kabupatan Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Selasa (17/1/2017).

Sumardin dan Ermina yang ditemui TribunLutra.com di kediamannya di Baloli, mengatakan awal pertemuan mereka terjadi saat Ermina berkunjung ke Baloli.

Di desa yang hanya berjarak sekitar dua kilometer dari pusat Kota Masamba, ibu kota Luwu Utara itu, Ermina bersama beberapa rekannya mendirikan sebuah Rumah Pohon, rumah untuk tempat belajar bahasa Inggris untuk warga setempat.

"Awal bulan tiga (2016) saya datang di sini (Baloli) tinggal di rumah Adnan (rekannya) untuk project Rumah Pohon," kata Ermina dalam bahasa Indonesia yang terbata-bata.

Rumah pohon di Desa Baloli, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Kamis (21/7/2016).
Rumah Pohon di Desa Baloli, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, saat diabadikan, Kamis (21/7/2016).
Rumah pohon di Desa Baloli, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Kamis (21/7/2016).
Rumah Pohon di Desa Baloli, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, saat diabadikan, Kamis (21/7/2016).
Rumah pohon di Desa Baloli, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Kamis (21/7/2016).
Aktivitas di Rumah Pohon di Desa Baloli, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, saat diabadikan, Kamis (21/7/2016).

Dalam project Rumah Pohon itu tersebut Sumardin juga ikut menjadi penggiat.

Aktivitas sebagai penggiat Rumah Pohon menjadi sambilan, dimana pekerjaan sehari-hari Sumardin adalah mengelola kebun.

Pekerjaan itu dilakoni karena pendidikan rendah.

"Saya tidak tamat SD (sekolah dasar)," kata Sumardin.

Kendati pendidikannya rendah, namun jiwa sosial Sumardin tinggi.

Semangatnya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa bagi warga masyarakat di desanya tak pernah pudar.

Sama dengan istrinya kini.

Semangat, jiwa yang ditumpahkan di Rumah Pohon membuat mereka bisa menyatu.

"Di situ awalnya kita mulai kenalan," katanya menambahkan.

Setelah berpacaran beberapa bulan, hasrat untuk hidup bersama selamanya timbul pada bulan September 2016.

"Pada bulan sembilan (September), kami mengurus berbagai persyaratan untuk bisa menikah," katanya.

Sebelum menikah, Ermina memutuskan menjadi mualaf.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved