Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kolom Hati Dr Muammar Bakry Lc

Kisah Bubur Wanita Yahudi Buta

Setelah Rasulullah wafat tidak ada lagi orang yang membawakan makanan kepadanya. Maka Abu Bakar ra pun menanyakan kepada Aisyah..

Editor: Thamzil Thahir
zoom-inlihat foto Kisah Bubur Wanita Yahudi Buta
dok tribun-Timur/fb
Dr H Muammar Bakry Lc, MA, dosen Fakultas Syariah UIN Alauddin Makassar

Itulah sebabnya Nabi Muhammad saw berbuat baik kepada semua orang tanpa meilhat latar belakang agamanya.
Dalam riwayat disebutkan Nabi selalu membawakan makanan kepada seorang perempuan Yahudi Buta yang sering memakinya dengan pembohong dan penyihir.

Setelah Rasulullah wafat tidak ada lagi orang yang membawakan makanan kepadanya. Maka Abu Bakar ra pun menanyakan kepada Aisyah, istri Nabi tentang kebiasaan Rasulullah yang belum dikerjakan.

Setelah mendengar penjelasan Aisyah yang juga putrinya sendiri, Abu Bakar mendatangi perempuan Yahudi itu lalu memberikan makanan kepadanya. Ternyata ketika Abubakar ra mulai menyuapinya, si perempuan Yahudi marah dan berkata kamu bukan orang yang biasa datang menyuapiku, biasanya jika ia datang membawakanku makanan tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah karena terlebih dahulu ia haluskan lalu ia menyuapku.

Abubakar ra tidak dapat menahan air matanya, lalu ia menangis sambil berkata kepada perempuan itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw".

Spontan perempuan itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar ra, dengan hati sedih ia berucap 'selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, namun tetap saja ia mendatangiku dengan membawa makanan, begitu mulia agung budi pekertinya, timbul rasa penyesalan yang mendalam lalu dengan ikhlas ia bersyahadat di dapan Abu Bakar ra.

Model Islam seperti inilah yang masuk di Nusantara yang dibawa pedagang dari Gujarat, India selama abad ke-11, meskipun Muslim telah mendatangi Nusantara sebelumnya.

Demikian pesatnya perkembangan Islam Nusantara Pada akhir abad ke-16, Islam telah melampaui jumlah penganut Hindu dan Buddha serta animisme sebagai agama dominan bangsa Jawa, Sumatra dan Sulawesi .

Puncak era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara digantikan dengan kebudayaan Islam dengan hadirnya dakwah yang dicontohkan para wali songo. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Nusantara yang diterima oleh masyarakat secara sukarela melalui kultur budaya yang terasimilasi dalam konsep dan roh Islam.

Mereka berhasil mengislamkan orang secara damai, bukan mengkafirkan orang Islam seperti yang dilakukan sebagian juru dakwah saat ini yang hanya merusak kemurniaan Islam sebagai ajaran yang santun, toleran dan rahmatan lil alamin.

Puasa yang dilakukan dalam bulan Ramadan sebagai rukun yang keempat dalam Islam sesungguhnya melatih jiwa kita untuk menjadi hamba yang tunduk dan patuh kepada Allah swt serta mengasah jiwa kita untuk senantiasa berjihad dengan membawa dan menyampaikan kedamaian di tengah masyarakat. (*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved